Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

IHSG Lesu, Obatnya Bukan Insentif Tapi Pulihkan Kepercayaan Pasar

Sejak awal tahun indeks sudah merosot 9,12 persen (year to date).
Pengunjung melintas didekat papan elektronik yang menampilkan pergerkan Indeks Harga Saham Gabngan di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Jumat (7/2/2020) Binsis/AbdurachmanAbdurachman
Pengunjung melintas didekat papan elektronik yang menampilkan pergerkan Indeks Harga Saham Gabngan di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Jumat (7/2/2020) Binsis/AbdurachmanAbdurachman

Bisnis.com, JAKARTA – Serangan sentimen negatif secara global dan lokal dinilai menjadi faktor utama pelemahan indeks harga saham gabungan (IHSG). Pemerintah sebaiknya mengambil langkah yang tepat untuk menyelesaikan kasus-kasus terkait pasar modal terlebih dahulu sebelum menyuntikkan stimulus.

Pada akhir perdagangan sesi I, Rabu (26/2/2020), IHSG parkir di level 5.724,90 dengan penurunan tajam 62,24 poin atau 1,08 persen. Sejak awal tahun indeks sudah merosot 9,12 persen (year to date).

Analis senior CSA Research Institute Reza Priyambada mengatakan bahwa pelemahan yang terjadi beberapa waktu terakhir disebabkan oleh sentimen negatif yang datang bertubi-tubi baik dari global maupun lokal. Dari sisi global, wabah virus corona (Covid-19) yang semakin meluas dikhawatirkan mengganggu kinerja ekonomi global.

Menurutnya, saat ini para pelaku pasar cenderung menganggap wabah virus corona juga dapat mengganggu kegiatan pasar modal, termasuk di Indonesia. Akibatnya, para investor saat ini cenderung menghindari pasar modal.

Di sisi lain, banyaknya kasus yang menimpa industri keuangan Indonesia juga semakin menekan kinerja IHSG. Masalah seperti manipulasi saham, gagal bayar Jiwasraya, Asabri, dan lain-lain semakin menimbulkan ketidakpastian terhadap pasar modal Indonesia di mata para investor.

Padahal, kinerja para emiten di lantai saham selama ini masih cenderung baik. Hal tersebut terlihat dari pembagian dividen oleh sejumlah emiten perbankan, rencana belanja modal, dan ekspansi sejumlah emiten.

“Sentimen positif yang muncul tidak mampu mengimbangi banyaknya katalis negatif yang datang dari berbagai sisi,” katanya saat dihubungi di Jakarta pada rabu (26/2/2020).

Reza melanjutkan, penurunan performa indeks ini belum terlalu membutuhkan suntikan insentif dari pemerintah. Menurutnya, hal terpenting saat ini adalah memulihkan kepercayaan para pelaku pasar terhadap kondisi pasar saham di Indonesia.

Ia berharap pemerintah memiliki sikap tepat dan rencana penanggulangan masalah yang dapat menyelesaikan sejumlah persoalan yang saat ini masih melilit industri pasar modal. Pemulihan kepercayaan dengan cepat dinilai akan mampu kembali mendorong angka IHSG kembali naik.

“Kalau nantinya pemberian insentif ini tidak dibarengi dengan upaya penyelesaian masalah yang ada, pelaku pasar hanya akan memanfaatkannya (insentif) sebagai momentum untuk melakukan aksi profit taking,” imbuhnya.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper