Bisnis.com, JAKARTA – Katalis positif dari dalam negeri dinilai menjadi faktor utama saham-saham di bidang finansial menunjukkan kinerja yang defensif.
Analis Praus Capital Alfred Nainggolan menjelaskan, kinerja saham sektor finansial yang cenderung defensif didukung oleh sejumlah sentimen positif yang ditangkap oleh pasar. Ia mengatakan, salah satu faktor tersebut adalah proyeksi pertumbuhan kredit dari Bank Indonesia (BI) yang berada di tingkat double digit.
“Perkiraan (pertumbuhan kredit) BI tahun ini berada di kisaran 10% hingga 12%. Ini menandakan pemerintah cukup optimistis terhadap pertumbuhan ekonomi tahun ini,” jelasnya.
Selain itu, pihak BI juga memperkirakan rasio kredit macet (non performing loan/NPL) juga akan turun pada tahun ini. Hal tersebut dinilai semakin membuat pelemahan kinerja di sektor ini cenderung lebih kecil bila dibandingkan dengan bidang lainnya.
Di sisi lain, hingga kini belum banyak sentimen-sentimen negatif yang dapat menekan sektor ini. Ia mengatakan, Bank Indonesia belum memberikan pernyataan terkait dampak wabah virus corona terhadap perekonomian negara. Pernyataan tersebut nantinya dapat mempengaruhi kinerja sektor ini dan juga pasar saham secara umum.
Ia melanjutkan, di tengah kekhawatiran global yang tengah menanjak saat ini,sektor-sektor defensif seperti finansial menjadi pilihan yang tepat untuk bertahan.
Secara terpisah, Vice President Research Artha Sekuritas Frederik Rasali sektor finansial yang cenderung defensif disebabkan oleh faktor kinerja sejumlah saham yang masih baik. Laporan keuangan beberapa saham big caps di sektor finansial dinilai masih cukup baik sehingga investor memilih untuk masuk ke emiten-emiten di sektor ini.
“Sektor finansial tentunya juga merupakan cerminan kondisi ekonomi Indonesia. Apabila ekonomi indonesia masih bertumbuh, seharusnya kinerja sektor tersebut juga masih bertumbuh ke depannya,” tuturnya.
Menurut Frederik, pertumbuhan ekonomi domestik akan menjadi indikator utama yang mempengaruhi proyeksi pertumbuhan sektor finansial pada 2020. Sentimen tersebut juga didukung dengan kualitas aset sektor perbankan yang hingga saat ini masih menunjukkan tren membaik.
Kendati demikian, gejolak ekonomi yang terjadi selama kuartal I/2020 akan menjadi tantangan kualitas aset yang akan datang. Tingginya ketidakpastian ekonomi yang tengah terjadi berpotensi meningkatkan risiko kredit, terutama dari debitur level korporasi. Guncangan ekonomi juga akan memunculkan tantangan tersendiri dari sisi likuiditas sektor finansial.
Sementara itu, Alfred merekomendasikan saham PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI) dan PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BBNI) sebagai saham yang patut dikoleksi investor saat ini.
Adapun Frederik menyarankan investor untuk mencermati emiten bank dengan kapitalisasi besar. Saham milik PT Bank Central Asia Tbk(BBCA), PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI), PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI), dan PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BBNI) dinilai perlu diperhatikan pergerakannya oleh investor untuk dibeli.