Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Kinerja Saham di Sektor Agri Diyakini Bakal Pulih, Apa Penyebabnya?

Kinerja emiten di sektor perkebunan yang melorot sejak awal tahun tak lepas dari sentimen global, yaitu wabah virus corona (Covid-19).
Seorang pekerja mengumpulkan buah kelapa sawit di dalam sebuah pabrik minyak sawit di Sepang, di luar Kuala Lumpur, Malaysia. / REUTERS - Samsul Said
Seorang pekerja mengumpulkan buah kelapa sawit di dalam sebuah pabrik minyak sawit di Sepang, di luar Kuala Lumpur, Malaysia. / REUTERS - Samsul Said

Bisnis.com, JAKARTA - Saham-saham emiten di sektor perkebunan atau agrikultur diyakini bakal mengalami pemulihan kinerja pada kuartal I/2020 seiring perkiraan penguatan harga minya kelapa sawit.

Analis Praus Capital Alfred Nainggolan mengatakan, penurunan nilai saham sektor agrikultur didorong oleh faktor kinerja Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang juga melemah. Hingga tahun berjalan, IHSG melemah 6,86 persen. Adapun pada penutupan hari ini, Senin (17/2/2020) IHSG menguat tipis 0,01 persen ke level 5.867,52.

“Lebih ke faktor Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang juga sedang loyo. Faktor utamanya adalah wabah virus corona yang meningkatkan ketidakpastian dan mengurangi keyakinan investor terhadap pasar saham,” jelasnya saat dihubungi di Jakarta pada Senin (17/2/2020).

Untuk diketahui, dalam tahun berjalan sektor agri terkoreksi 15,11 persen dalam tahun berjalan, penurunan paling dalam dibandingkan indeks sektoral lainnya. Namun, sektor lain seperti properti dan industri juga terkoreksi masing-masing 11,29 persen.

Kendati terkoreksi, Alfred yakin kinerja saham di sektor agri bakal pulih mulai karena harga minyak kelapa sawit mentah (crude palm oil/CPO) mulai merangkak naik. Pada kuartal IV/2019, harga CPO internasional masih berada pada kisaran US$450 hingga US$540 per ton.

Sementara itu, sejak awal tahun ini, harga CPO telah menunjukkan tren peningkatan. Saat ini, harga CPO telah mencapai kisaran US$ 600 per ton dan bahkan sempat menyentuh level US$700 per ton. Hal ini akan menjadi katalis positif bagi emiten-emiten Indonesia di sektor ini.

“Karena kebanyakan emiten di sektor ini di Indonesia linu usaha utamanya adalah bisnis CPO sehingga pengaruh kenaikan harga akan cukup kuat terhadap kinerja perusahaan ke depannya,” jelas Alfred.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper