Bisnis.com, JAKARTA – PT Lancartama Sejati Tbk. bakal menjadi emiten ke-10 yang mencatatkan namanya di pasar modal Indonesia dan menyandang kode saham TAMA. Siapakah sebenarnya perusahaan yang bergelut di bidang konstruksi ini?
TAMA merupakan perusahaan kontraktor yang bergerak pada sektor properti khususnya perumahan dan komersial sejak 1990. Proyek perseroan umumnya menyebar di Jabodetabek dan Sumatera Selatan. Rata-rata portofolio proyek berupa ruko, perumahan bahkan gedung perkantoran.
Perusahaan konstruksi itu sejatinya sudah berada di pipeline Bursa Efek Indonesia sejak Juli 2019. Namun, baru bisa melenggang pada tahun tikus logam. NH Korindo Sekuritas Indonesia akan menjadi penjamin pelaksana emisi efek dan penjamin emisi efek pada proses IPO Lancartama Sejati.
Dengan menjadi perusahaan publik, TAMA mengincar dana segar senilai Rp35 miliar. TAMA memeroleh dana itu dengan cara melepas sebanyak-banyaknya 200 juta saham baru dengan nilai nominal Rp 25. Jumlah itu setara dengan 20 persen dari modal ditempatkan dan disetor penuh.
Berdasarkan prospektus perseroan, 82,89 persen dana hasil penawaran umum bakal digunakan untuk membeli aset berupa tanah dan bangunan dari pihak terafiliasi Perseroan. TAMA bakal membeli bangunan senilai Rp26 miliar di Pakubuwono milik Direktur Utama Perseroan Alex Widjaja.
Sementara itu, 17,11 persen sisanya akan dipakai manajemen sebagai modal kerja yakni membiayai kegiatan operasiona seperti di bidang konstruksi dan penyewaan kantor dan hunian.
Baca Juga
Perseroan yang berpusat di Jakarta Selatan itu juga menerbitkan 100 juta Waran Seri I sebagai daya tarik. Jumlah itu sekitar 12,5 persen dari jumlah saham ditempatkan dan disetor penuh. TAMA memberikan satu waran bagi setiap pemegang dua saham.
Satu waran memberikan hak untuk membeli satu saham baru. Harga pelaksanaan warannya sebesar Rp288 dengan masa berlakunya selama enam bulan setelah diterbitkan.
Seluruh dana hasil pelaksanaan saham dan Waran Seri I akan digunakan sebagai modal kerja dalam bentuk investasi jangka panjang seperti pembelian tanah, bangunan, kendaraan dan mesin dan pengeluaran untuk membeli bahan baku material proyek.
Sebagai informasi, TAMA mencatatkan pendapatan sebesar Rp27,28 miliar pada Juli 2019 atau naik 48,03 persen dari periode yang sama tahun sebelumnya Rp18,36 miliar. Dari hasil itu, perseroan mampu membalikkan posisi rugi bersih senilai Rp3,09 miliar menjadi Rp2,00 miliar.
Selain itu, jumlah aset TAMA naik 23,64 persen ke posisi Rp129,72 miliar dibandingkan dengan posisinya pada akhir Desember 2018 sebesar Rp104,92 miliar. Namun, pada saat yang sama jumlah liabilitas naik 13,99 persen ke posisi Rp106,81 miliar dibandingkan dengan akhir 2018 senilai Rp93,71 miliar.
Lancartama Sejati tercatat sebagai anggota Gabungan Pengusaha Konstruksi (Gapensi) DKI Jakarta dengan golongan atau kualifikasi badan usaha jasa konstruksi (BUJK) menengah . Di Kementerian PUPR, kualifikasi menengah bisa mengikuti tender dengan nilai proyek hingga Rp100 miliar.