Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Arab Saudi dan Rusia Beda Pendapat, OPEC+ Lanjutkan Diskusi

Diskusi pakar dari OPEC+ diperpanjang untuk hari ketiga, Kamis (6/2/2020), di tengah beda pendapat antara Arab Saudi dan Rusia seputar ancaman virus corona terhadap permintaan minyak global.
Ilustrasi pengeboran minyak/Reuters-Ernest Scheyder
Ilustrasi pengeboran minyak/Reuters-Ernest Scheyder

Bisnis.com, JAKARTA – Diskusi para ahli dari Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak dan aliansinya (OPEC+) diperpanjang untuk hari ketiga, Kamis (6/2/2020), di tengah beda pendapat antara Arab Saudi dan Rusia seputar ancaman virus corona terhadap permintaan minyak global.

Menurut delegasi OPEC+, pertemuan yang telah berlangsung selama dua hari di Wina tidak cukup untuk mengubah pertentangan Rusia atas langkah pengurangan produksi lebih lanjut.

Di sisi lain, Arab Saudi telah mendorong kartel minyak tersebut untuk memangkas produksi ketika wabah virus corona (coronavirus) jenis baru yang telah merenggut lebih dari 500 nyawa hingga kini turut menekan ekonomi China dan permintaannya akan minyak.

Perkiraan bahwa epidemi virus corona akan menekan ekonomi China dan mengurangi konsumsi minyak di importir energi terbesar di dunia itu pun membenamkan harga minyak.

Kondisi ini mendorong Arab Saudi untuk melakukan advokasi untuk tindakan segera. Harga minyak kemudian pulih pada perdagangan Rabu (5/2/2020) didorong harapan potensi penurunan produksi oleh OPEC+.

Menurut salah satu delegasi, Rusia bersedia untuk memperpanjang langkah pemangkasan produksi saat ini, yang akan berakhir pada bulan Maret, tetapi tidak menginginkan langkah-langkah tambahan.

Keengganan Rusia-lah yang mendorong pertemuan para ahli OPEC+ diperpanjang pada hari ketiga, ungkap delegasi itu. Anggaran Rusia lebih tahan terhadap harga minyak yang rendah ketimbang Arab Saudi, dan perbedaan pendapat antara keduanya telah menjadi poin negosiasi.

“Ini masih merupakan upaya untuk mencapai konsensus. Tapi tentu juga menunjukkan bahwa ini tidak mudah,” ujar Helima Croft, seorang analis di RBC Capital Markets, seperti dilansir Bloomberg.

Sementara itu, dampak sesungguhnya dari virus ini masih tidak pasti, sehingga membuat lebih sulit untuk mengambil keputusan. Perkiraan berapa banyak permintaan akan terhapus dalam beberapa bulan mendatang sangat bervariasi.

Analisis internal OPEC memperkirakan dampak yang moderat tetapi perkiraan eksternal menunjukkan pukulan terbesar untuk konsumsi minyak sejak krisis keuangan 2008-2009.

Dua delegasi mengatakan mereka memerlukan lebih banyak waktu untuk meninjau laporan tentang kemungkinan dampak virus.

Bahkan jika para teknokrat yang membentuk komite pakar dalam kelompok ini mencapai konsensus tentang dampak virus dan membuat rekomendasi kepada para menteri negara-negara OPEC+, diperlukan kesepakatan atas tanggal untuk pertemuan baru.

Para menteri sendiri akan membutuhkan pembicaraan tatap muka lebih lanjut di Wina sebelum mencapai keputusan final apapun.

Dinamika antara Arab Saudi dan Rusia bukanlah hal yang baru. Sejak koalisi OPEC+ dibentuk tiga tahun lalu, kedua belah pihak acapkali tak sepakat soal pemangkasan produksi minyak, meskipun pada akhirnya menemukan cara untuk berkompromi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper