Bisnis.com, JAKARTA - PT Bio Farma (Persero) baru saja menjadi perusahaan induk atau holding di bidang farmasi. Perusahaan ini tengah mempertimbangkan aksi korporasi di pasar modal guna menopang ekspansi ke depan.
Direktur Utama Bio Farma Honesti Basyir mengatakan holding BUMN farmasi mengalokasikan belanja modal hampir Rp3 triliun pada tahun ini. Jumlah itu terdiri dari Rp500 miliar di Bio Farma dan Rp2 triliun di PT Kimia Farma (Persero) Tbk.
Dia menerangkan, belanja modal digunakan untuk peningkatan kapasitas produksi, di antaranya lewat pembangunan pabrik di Banjaran dan Pulogadung. Belanja modal juga berasal dari PT Indofarma (Persero) Tbk. yang akan digunakan untuk produksi alat kesehatan dan obat herbal.
Menurut Honesti menyebut, pihaknya tidak menutup peluang untuk menggelar aksi korporasi seperti penerbitan saham baru atau rights issue. Pasalnya, tahun lalu PT Kimia Farma (Persero) Tbk. mengakuisisi saham PT Phapros dengan pembiayaan dari pinjaman.
“Nanti kita lihat mana yang paling cepat dan paling efektif. Kalau rights issue nanti kita lihat kondisi market lah,” ujar Honesti di Jakarta, Rabu (5/2/2020).
Dia mengungkapkan, saat ini kondisi pasar modal kurang kondusif sehingga rencana rights issue bukan pilihan tepat. Opsi ini menurut Honesti baru bisa dieksekusi bila kondisi pasar modal mendukung. Untuk itu, perseroan juga tengah mengkaji opsi pendanaan langsung dari investor.
Baca Juga
Di sisi lain, pembentukan BUMN holding di sektor farmasi diharapkan bisa mengurangi laju impor bahan baku farmasi sebesar 15 persen pada tahun ini. Honesti menyebut, saat ini sebanyak 90 persen bahan baku farmasi atau pembuatan obat 90% masih didapat melalui impor.
Holding BUMN farmasi juga dinilai melengkapi lini bisnis masing-masing anggota holding. Ke depan, Kimia Farma akan fokus pada produk farmasi, Bio Farma menggeluti usaha vaksin, dan Indofarma berkiprah di segmen alat kesehatan dan obat herbal.