Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

The Fed, Brexit, Corona Jadi Sentimen Negatif ke IHSG

Faktor global disebut akan menjadi salah satu pemicu pelemahan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG).
Siluet karyawan di dekat layar monitor pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Kamis (13/6/2019)./Bisnis-Nurul Hidayat
Siluet karyawan di dekat layar monitor pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Kamis (13/6/2019)./Bisnis-Nurul Hidayat

Bisnis.com, JAKARTA - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) diperkirakan bakal melemah setelah kemarin sempat menguat 0,03 persen. Faktor global disebut akan menjadi salah satu pemicu pelemahan indeks hari ini.

Pilarmas Investindo Sekuritas dalam riset yang terbit, Kamis (30/1/2020) memperkirakan IHSG memiliki terkoreksi tipis. Secara teknikal, IHSG diprediksi bergerak akan pada level 6.065-6.152.

Menurut Pilarmas, sentimen global akan menjadi pemicu pergerakan IHSG hari ini. Sentimen tersebut antara lain keputusan Federal Reserve Amerika Serikat (The Fed) mempertahankan tingkat suku bunga. Keputusan itu dinilai memberikan sinyal tidak ada perubahan dalam waktu dekat.

Gubernur The Fed Jerome Powell dalam pidatonya mengatakan kebijakan moneter saat ini sudah berada di posisi yang baik. Tingkat suku bunga yang berlaku juga sudah tepat untuk mendukung ekspansi kegiatan ekonomi yang berkelanjutan.

Pernyataan Powell membuat indeks saham Amerika Serikat bergerak naik, lalu diikuti penurunan imbal hasil U.S Treasury 10 tahun. The Fed juga menyetujui kenaikkan 5 basis poin pada tingkat pembayaran kelebihan cadangan dari sebelumnya 1,55 persen menjadi 1,6 persen.

Selain tingkat suku bunga The Fed, faktor global yang dinilai bisa menjadi sentimen pergerakan IHSG yaitu Inggris secara resmi keluar dari Uni Eropa (British Exit). Sementara itu China masih fokus menangani wabah virus corona. 

Dari dalam negeri, Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) mencatat realisasi investasi sepanjang 2019 mencapai Rp809,6 triliun. Investasi sebanyak itu mampu menyerap tenaga kerja sebanyak 1,03 juta orang, jumlah yang dinilai belum maksimal. 

Pilarmas melihat tantangan penyerapan tenaga kerja berasal pada sektor padat karya. “BKPM dan pemerintah tampaknya sedang mengusahakan agar investasi yang masuk sejalan dengan penyerapan tenaga kerja,” tulis Pilarmas.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Rivki Maulana
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper