Bisnis.com, JAKARTA — Harga emas terus melonjak menyentuh level tertinggi dalam dua pekan terakhir, seiring dengan meluasnya penyebaran virus corona yang mendorong minat investor untuk lebih banyak mengumpulkan aset investasi aman.
Mengutip riset Bank of New Zealand, saat ini, fokus pasar tertuju pada perkembangan berita virus corona dan pihaknya melihat adanya dampak ekonomi yang signifikan di China dari penyebaran virus tersebut.
“Pertanyaan kuncinya adalah waktu yang dibutuhkan untuk menemukan vaksin melawan virus tersebut dan seseorang hanya dapat berspekulasi pada tahap ini,” tulis Bank of New Zealand dalam risetnya seperti dilansir Bloomberg, Senin (27/1/2020).
Direktur Commtrendz Risk Management Services Gnanasekar Thiagarajan mengatakan jumlah kasus yang terus meningkat telah mendorong pembelian emas, mengingat logam mulia tersebut dianggap sebagai aset investasi yang aman selama masa ketidakpastian politik dan ekonomi.
Mengutip Bloomberg, Pemerintah China telah memperpanjang masa libur Tahun Baru Imlek selama sepekan ke depan dan melarang masyarakatnya untuk berpergian ke luar negeri untuk menghindari penyebaran virus corona semakin luas.
Hingga Senin (27/1), korban jiwa akibat virus corona telah meningkat mencapai 80 jiwa, sedangkan masyarakat China yang terjangkit virus naik menjadi 2.744 orang dengan lebih dari 30.000 orang tengah dalam observasi.
Baca Juga
Virus corona, yang diyakini berasal dari pasar makanan laut yang menjual satwa liar secara ilegal di pusat kota Wuhan, China, telah menyebar ke kota-kota lain di Negeri Panda, termasuk Beijing dan Shanghai. Virus itu juga sudah masuk ke negara lain termasuk Amerika Serikat, Thailand, Korea Selatan, Jepang , Australia, Prancis, dan Kanada.
“Dalam lingkungan seperti ini, pasar saham bisa turun dan ketakutan itu semakin menambah sentimen yang membuat investor terus menghindari aset berisiko. Prospek bullish untuk emas, dan logam mulia tersebut menargetkan level US$1.610 per troy ounce dalam waktu dekat,” ujar Thiagarajan seperti dilansir Bloomberg, Senin (27/1).
Berdasarkan data Bloomberg, pada perdagangan Senin (27/1) hingga pukul 14.24 WIB, harga emas di pasar spot bergerak menguat 0,5 persen menjadi US$1.579 per troy ounce, sedangkan harga emas berjangka kontrak April 2020 di bursa Comex menguat 0,37 persen menjadi US$1.584 per troy ounce.
Sementara itu, pada perdagangan Senin (27/1), Topix Jepang turun, kontrak pada Indeks S&P 500 sempat turun lebih dari 1 persen, dan berjangka pada saham China turun lebih dari 5 persen. Selain itu, imbal hasil obligasi AS untuk tenor 10-tahun juga merosot ke level terendah sejak Oktober 2019.
Analis PT Monex Investindo Futures Ahmad Yudiawan mengatakan dalam publikasi risetnya bahwa harga emas berpeluang bergerak naik menguji level US$1.584 per troy ounce selama harga tidak mampu menembus level support US$1.577 per troy ounce. Kenaikan lebih lanjut dari level tersebut berpeluang menopang harga emas menguji level resisten selanjutnya di US$1.587 per troy ounce dan US$1.590 per troy ounce.
“Namun, jika bergerak turun harga emas berpeluang menguji level support US$1.577 per troy ounce, penurunan lebih lanjut dari level tersebut berpeluang menekan harga emas menguji level support di US$1.575 per troy ounce dan US$1.573 per troy ounce,” paparnya seperti dikutip dari publikasi risetnya, Senin (27/1).
Selain emas, yen sebagai rekan aset investasi aman lainnya juga tengah diburu investor dan berhasil bertahan di zona hijau. Hingga pukul 14.24 WIB, mata uang Jepang menguat 0,22 persen menjadi 109,04 yen per dolar AS.