Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Garuda Indonesia (GIAA) akan Terbitkan Sukuk Global

Direktur Utama Garuda Indonesia Irfan Setiaputra menjelaskan bahwa perseroan akan menerbitkan sukuk global paling cepat pada kuartal I/2020 ini, mengingat perseroan sedang dikejar oleh utang yang akan jatuh tempo.
Aktivitas penerbangan di Terminal 2 Bandara Soekarno Hatta, Tangerang, Banten, Selasa (18/12/2018)./ANTARA-Yulius Satria Wijaya
Aktivitas penerbangan di Terminal 2 Bandara Soekarno Hatta, Tangerang, Banten, Selasa (18/12/2018)./ANTARA-Yulius Satria Wijaya

Bisnis.com, JAKARTA – Setelah sempat membatalkan rencana penerbitan sukuk global beberapa waktu lalu, PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk. akan kembali menghimpun dana segar guna membayar utang perseroan.

Direktur Utama Garuda Indonesia Irfan Setiaputra menjelaskan bahwa perseroan akan menerbitkan sukuk global paling cepat pada kuartal I/2020 ini, mengingat perseroan sedang dikejar oleh utang yang akan jatuh tempo.

Adapun pada rencana sebelumnya, emiten berkode saham GIAA tersebut berencana menerbitkan suku global dengan target dana yang dihimpun senilai US$900 juta. Namun pada rencana besok, Irfan mengatakan bahwa jumlahnya akan lebih kecil dari rencana awal.

“Kami kan butuh cepat, ya, saya rasa kuartal I/2020 harus sudah terbit. Kami dalam tahap negosiasi dan meminta persetujuan komisaris. Kami lagi lihat untuk utang yang US$500 juta dulu itu prioritas,” katanya kepada Bisnis di Jakarta, Jumat (24/1/2020).

Sementara itu, untuk utang jangka pendek perseroan, Irfan menyebut nantinya perseroan akan mencari alternatif pendanaan lainnya. Menurutnya, perseroan harus mencari sumber utang baru dengan tenor yang lebih lama dibandingkan dengan saat ini.

Sekadar informasi, total utang maskapai pelat merah tersebut per September 2019 tercatat berjumlah US$1,6 miliar, catatan itu lebih rendah 12 persen dibandingkan dengan catatan per kuartal II/2019 senilai US$1,66 miliar.

Adapun total utang jangka pendek GIAA pada periode tersebut adalah senilai US$1,43 miliar atau sebesar 89,5 persen dari total utang yang dimiliki perseroan. Jumlah itu tercatat menurun 14,4 persen dibandingkan utang jangka pendek per kuartal II/2019 senilai US$1,51 miliar.

Sementara itu, utang jangka panjang perseroan per September 2019 tercatat senilai US$112,3 juta, meningkat 44,5 persen dibandingkan dengan catatan per kuartal II/2019 senilai US$94,8 juta.

“Kami akan melakukan upaya-upaya, melakukan negosiasi dan mencari utang baru,” jelasnya.

Tidak hanya itu, pada struktur liabilitas GIAA, biaya leasing merupakan salah satu yang berkontribusi terhadap total utang perseroan.

Biaya leasing turut memberikan kontribusi sebesar 3,5 persen terhadap total utang perseroan. Sepanjang Januari 2019–September 2019, total utang leasing tercatat senilai US$56,1 juta. Kendati demikian catatan itu masih lebih rendah 16 persen dibandingkan per Juni 2019 senilai US$59,7 juta.

Irfan mengungkapkan bahwa pembenahan biaya leasing juga menjadi salah satu fokusnya untuk memperbaiki struktur utang perseroan. Untuk hal ini, pihaknya akan mencoba untuk menggunakan jasa konsultan dan negosiator guna mendapatkan harga sewa pesawat yang lebih kompetitif ke depannya.

“Karena kalau biaya kami tekan, akan lebih baik ke profit dan utang perseroan,” ungkapnya.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Muhammad Ridwan
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper