Bisnis.com, JAKARTA – Tahun lalu, indeks reksa dana saham terpuruk di zona merah dengan kinerja -8,41%. Mampukah kinerja produk-produk reksa dana saham bangkit pada 2020?
Pada 2019, indeks harga saham gabungan (IHSG) ditutup di level 6.299 atau naik tipis 1,7% sepanjang tahun. Pada periode yang sama, indeks reksa dana saham terkoreksi 8,41%.
Head of Investment Research Infovesta Utama Wawan Hendrayana menjelaskan bahwa indeks reksa dana saham diproyeksikan bakal tumbuh sebesar 9% mengikuti dengan proyeksi IHSG di level 6.800—6.900.
Kendati ditargetkan pada 9%, kata Wawan, skenario terburuk untuk pertumbuhan indeks reksa dana saham bisa jauh lebih rendah dari target tersebut, hal itu sangat tergantung dengan pertumbuhan ekonomi domestik.
“Kalau pertumbuhan ekonomi stagnan tidak mencapai 5%, IHSG bisa seperti tahun lalu yang hanya bergerak 1% atau bahkan stagnan kembali di 6.300, itu bisa terjadi juga tahun ini,” katanya kepada Bisnis, Selasa (7/1/2020).
Selanjutnya, indeks reksa dana campuran diproyeksikan tumbuh sekitar 8%, target itu berada di antara target pertumbuhan reksa dana saham dan reksa dana pendapatan tetap yang ditargetkan tumbuh sekitar 7%.
Baca Juga
Indeks reksa dana pendapatan tetap ditargetkan lebih rendah dibandingkan dengan realisasi pada 2019 karena suku bunga acuan diperkirakan hanya turun 2 kali pada tahun ini.
“Pada 2019, [indeks reksa dana pendapatan tetap] pertumbuhannya double digit karena suku bunganya turun 4 kali, sedangkan tahun ini kami perkirakan hanya turun 2 kali,” jelasnya.
Reksa Dana Pasar Uang
Sementara itu, indeks reksa dana pasar uang diprediksi akan tumbuh sebesar 4% pada tahun ini yang akan didorong oleh tren yang sama pada tahun lalu, yakni penurunan suku bunga. Hal itu akan membuat para deposan mencari alternatif investasi yang lebih menarik, salah satunya adalah reksa dana pasar uang yang memiliki likuiditas lebih baik.
Selain itu, hadirnya produk reksa dana pasar uang di platform marketplace daring mendorong jumlah investor yang lebih banyak pada produk ini.
“Pasar uang ini salah satu entry yang menarik karena return bisa setara atau lebih tinggi sedikit dibanding deposito tapi likuiditasnya setara tabungan,” ungkapnya.
Adapun pada kondisi geopolitik dan makroekonomi pada saat ini, Wawan menilai produk reksa dana pendapatan tetap yang berbasi obligasi menjadi yang paling menarik bagi pada investor. Pasalnya, return dan risiko investasi dari produk tersebut menjadi yang paling terukur.
Sementara itu, untuk investor yang menginginkan instrumen investasi yang tidak terlalu befluktuasi dapat memilih produk indeks reksa dana pasar uang.
“Kalau saham pada tahun ini risikonya masih tinggi, terlebih Presiden Trump sering bertindak di luar prediksi,” katanya.
Kinerja Indeks Reksa Dana 2019
Indeks Reksa Dana Saham -8,41%
Indeks Reksa Dana Campuran 3,08%
Indeks Reksa Dana Pendapatan Tetap 10,77%
Indeks Reksa Dana Pasar Uang 5,83%
IHSG 1,7%
Infovesta Corporate Bond Index 6,67%
Infovesta Government Bond Index 9,9%
Sumber: Infovesta Utama.