Bisnis.com, JAKARTA - Tingginya minat investor terhadap instrumen obligasi negara berpotensi menekan imbal hasil SUN tenor 10 tahun ke level di bawah 7%.
Seperti diberitakan Bisnis, lelang perdana surat utang negara pada 2020 menggalang total penawaran masuk dari investor sebesar Rp81,54 triliun. Jumlah itu hampir 4 kali dari target penerbitan maksimal yakni Rp22,5 triliun.
Dari total tersebut, Pemerintah menyerap dana Rp20 triliun lewat penerbitan tujuh seri SUN pada 7 Januari 2020.
Adapun, penawaran tertinggi diraih seri FR0082, SUN tenor 10 tahun sebesar Rp28,78 triliun. Dari penawaran masuk itu, hanya Rp6,4 triliun yang dimenangkan dengan rata-rata yield 7,09% dan yield tertinggi 7,1%.
Di urutan kedua, terdapat seri FR0081, SUN tenor 5 tahun yang mendapatkan penawaran masuk sebesar Rp17,03 triliun dan Rp5,65 triliun di antaranya diserap. Untuk seri tersebut, yield rata-rata yang dimenangkan sebesar 6,38% dan yield tertinggi 6,39%.
Kepala Riset Pendapatan Tetap BNI Sekuritas, Ariawan mengatakan lelang perdana ini cukup ramai. Dia menyebut penawaran masuk pada lelang kali ini termasuk yang tertinggi karena mengacu pada rata-rata penawaran masuk pada 2019, nilainya sebesar Rp50 triliun. Hal itu menandakan masuknya kembali investor asing ke pasar surat utang Tanah Air.
Adapun, sentimen konflik geopolitik Amerika Serikat-Iran yang dikhawatirkan menghambat aliran dana asing pun tak cukup memengaruhi euforia investor di lelang perdana dan optimisme terhadap kondisi pasar surat utang dalam negeri.
Baca Juga
Oleh karena itu, dia menyebut peluang penurunan imbal hasil SUN tenor 10 tahun akan berlanjut pada tahun ini bila didukung dengan inflasi rendah, kurs rupiah terhadap dolar yang stabil serta tekanan eksternal dari perang dagang China-Amerika Serikat mereda.
Selain itu, persepsi risiko pada credit default swap (CDS) 5 tahun pun diproyeksi menurun sehingga turut mendorong optimisme di pasar surat utang. Dia memperkirakan imbal hasil SUN tenor 10 tahun pada 2020 di kisaran 6,53% hingga 6,73%.
“Potensi penurunan yield ke depan juga masih cukup terbuka di tengah kondisi ekonomi Indonesia yang kuat, rupiah dan inflasi stabil. Hal ini pula yang mendorong masuknya investor ke pasar awal tahun ini,” ujarnya saat dihubungi Bisnis, Selasa (7/1/2020).
Analis Indonesia Bond Pricing Agency (IBPA) Roby Rushandie mengatakan hasil lelang SUN kali ini dipengaruhi optimisme kesepakatan damai antara China-Amerika Serikat untuk fase pertama. Optimisme tersebut pun didukung tren apresiasi rupiah dan animo terhadap seri-seri acuan baru.
Dia menilai capaian itu sejalan dengan capaian positif di pasar surat utang pada 2019. Hal itu ditunjukkan dengan total return pada indeks gabungan surat utang Indonesia (Indonesia Composite Bond Index/ICBI) yang naik 0,42% secara tahun berjalan. Adapun, imbal hasil SUN tenor 10 tahun telah turun 5,88 basis poin dari 7,26% menjadi 7,2%.
“Indeks total return komposit, ICBI sudah naik 0,42% secara tahun berjalan dari 274,4758 menjadi 275,6415 dan yield SBN tenor 10 tahun telah turun sebesar 5,88 bps dari 7,2579% menjadi 7,1991% secara tahun berjalan,” katanya.
Berdasarkan data Bloomberg, yield SUN tenor 10 tahun turun 11,11% dalam setahun terakhir dari posisi 7,946% ke level 7,063% pada akhir perdagangan Selasa (7/1/2020). Setahun terakhir, yield SUN 10 tahun sempat menyentuh level tertinggi 8,157% pada 29 Januari 2019 dan level terendah 6,954% pada 5 November 2019.