Bisnis.com, JAKARTA - PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo) mengantongi mandat penerbitan surat utang korporasi sebesar Rp44,5 triliun untuk tahun depan.
Kepala Divisi Pemeringkatan Lembaga Keuangan PT Pemeringkat Efek Indonesia, Hendro Utomo mengatakan pihaknya telah mengantongi mandat penerbitan surat utang korporasi sebesar Rp44,5 triliun yang diproyeksi bakal ditawarkan ke pasar pada kuartal I/2020 hingga kuartal II/2020.
Menurutnya, kegiatan penggalangan dana melalui instrumen surat utang pada tahun depan tergolong tinggi akibat jumlah surat utang yang jatuh tempo dan kebutuhan dana untuk ekspansi.
“Untuk mandat yang kami terima dan belum direalisasikan sampai dengan 16 Desember mencapai Rp44,5 triliun kemungkinan besar baru akan direalisasikan di kuartal I/2020 atau kuartal II/2020,” ujarnya di Jakarta, Jumat (20/12/2019).
Di sisi lain, iklim dana murah yang berlanjut hingga tahun depan pun mengakibatkan kalangan korporasi memilih surat utang sebagai instrumen penggalangan dana.
Oleh karena itu, di tahun depan penerbitan surat utang korporasi bakal berada di level Rp158,5 triliun dengan mempertimbangkan Rp132 triliun surat utang yang jatuh tempo. Dari sisi suku bunga pun diproyeksikan akan menyentuh 4,5% pada tahun depan atau turun 50 basis poin dari suku bunga acuan saat ini.
“Untuk penerbitan surat utang korporasi 2020 kami perkirakan akan cukup tinggi, diharapkan lebih tinggi dibandingkan dengan 2019 tren suku bunga yang terus turun,” katanya.
Hingga akhir tahun, dia memperkirakan surat utang korporasi yang terbit sebesar Rp146,19 triliun. Perinciannya, realisasi di kuartal I/2019 sebesar Rp25,54 triliun, kuartal II/2019 sebesar Rp33,68 triliun dan kuartal III/2019 sebesar Rp43,77 triliun.
Terakhir, dari posisi sementara 13 Desember pada kuartal IV/2019 penerbitannya sebesar Rp39,41 triliun serta mandat penerbitan sebesar Rp3,79 triliun.
Menurutnya, penerbitan surat utang di tahun ini cukup marak seiring tingginya kebutuhan refinancing atas surat utang yang jatuh tempo.
“Untuk realisasi di tahun 2019 kami perkirakan sampai akhir tahun kemungkinan akan mencapai Rp146,2 triliun,” katanya.