Bisnis.com, JAKARTA - PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo) menyebutkan surat utang korporasi dengan peringkat idAAA membanjiri pasar obligasi sepanjang Januari hingga akhir September 2019.
Ekonom Pefindo Fikri C Permana mengatakan per kuartal III/2019, sebesar 54% dari nilai surat utang yang diterbitkan berasal dari perusahaan dengan rating idAAA. Lalu, disusul oleh perusahaan dengan rating idAA yang berkontribusi sebesar 19,7% dan rating idA yang menyumbang 20,3%.
Adapun, total surat utang korporasi yang telah terbit versi Pefindo sebesar Rp111,28 triliun.
Angka tersebut cukup tinggi bila dibandingkan dengan data sepanjang tahun 2018. Pasalnya pada periode tersebut, perusahaan dengan rating idAAA berkontribusi sebesar 45% dari total surat utang yang terbit yakni Rp132 triliun. Kemudian, rating idAA sebesar 21,1% serta perusahaan dengan rating idA dengan kontribusi sebesar 27%.
"Kami melihat rating tinggi naik 9%. Cukup signifikan," katanya dalam jumpa pers di Kantor Pefindo, Jakarta, Selasa (19/11/2019).
Dia pun berharap naiknya jumlah surat utang berating tinggi mampu menurunkan rasio gagal bayar atau default rate pada tahun ini. Sebagai gambaran, pada akhir 2018 default rate obligasi korporasi sebesar 0,9%. Pada tahun ini, dia mengestimasikan default rate bisa turun menjadi 0,7%.
Baca Juga
Kendati terdapat kenaikan jumlah surat utang dengan rating tinggi di pasar, dia menyebut dari sisi investor tak mengalami perubahan signifikan.
Tercatat, reksa dana masih mendominasi porsi 31% pada Agustus 2019 dari semula sebesar 30,2% pada Agustus 2018. Investor lain yang juga berkontribusi yakni asing yang mengalami kenaikan dari 5,9% menjadi 6,5%.
"Akhir 2018 default rate surat utang korporasi 0,9% jauh lebih rendah dari NPL perbankan. Diharapkan menurun pada tahun ini dan menyentuh 0,7%," katanya.