Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Mampukah ERAA Kembali Memantul ke Level Rp2.000?

Pada awal perdagangan Selasa, ERAA dibuka menguat sebesar 15 poin ke level Rp1.620 per saham. Sepanjang tahun berjalan 2019, ERAA terkoreksi 27,14%.

Bisnis.com, JAKARTA—Saham peritel gawai, PT Erajaya Swasembada Tbk. akan segera masuk dalam indeks MSCI Small Cap Indonesia. Bagaimana prospek saham dan kinerja emiten berkode saham ERAA itu?

Pada periode Januari-September 2019, penjualan Erajaya bisa dibilang belum memuaskan. Pasalnya, berdasarkan laporan keuangan per 30 September 2019, ERAA mencatatkan penurunan pendapatan sebesar 6,79% year-on-year menjadi Rp23,61 triliun dari posisi Rp25,33 triliun per kuartal III/2018.

Mampukah peluncuran produk ponsel anyar seperti iPhone 11 dan aturan International Mobile Equipment Identity (IMEI) dari pemerintah mendongkrak kinerja penjualan pengelola gerai Erafone itu?

Mampukah ERAA Kembali Memantul ke Level Rp2.000?
Gerai  iBox yang dikelola oleh PT Erajaya Swasembada Tbk. untuk mendistribusikan produk-produk gawai Apple Inc. resmi di Indonesia./Erajaya.com

Analis Panin Sekuritas Rendy Wijaya menilai penurunan pendapatan ERAA dipicu oleh berkurangnya volume penjualan perangkat mobile yang diperkirakan sekitar 23% yoy pada sepanjang tahun ini.

Selain itu, margin keuntungan perseroan ikut tertekan pada periode 9 bulan pertama tahun ini. Margin laba kotor dan laba operasi masing-masing tercatat sebesar 7,8% dan 1,2% lebih rendah dibandingkan dengan pada periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 9,2% dan 3,9%.

“Hal ini disebabkan oleh strategi perusahaan yang fokus menurunkan tingkat persediaan, sehingga berbagai program promosi yang dilakukan menyebabkan tekanan margin keuntungan,” tulis Rendy dalam riset terbarunya, seperti dikutip pada Selasa (12/11/2019).

Dengan strategi tersebut, ERAA pun mencatatkan perbaikan net gearing sebesar 0,43 kali karena susutnya tingkat persediaan ikut menurunkan kebutuhan pembiayaan modal kerja.

Kendati tingkat persediaan sudah turun sebesar 25,4% menjadi Rp3,5 triliun pada periode Januari—September 2019 dibandingkan dengan periode Januari—Juni 2019, ERAA mencatatkan penurunan laba bersih sebesar 74% yoy menjadi Rp165,59 miliar karena program promosi itu.

Seiring dengan kinerja perseroan yang tak sesuai perkiraan lantaran turunnya volum penjualan dan tekanan margin yang signifikan, Rendy menyampaikan bakal melakukan peninjauan ulang (review) untuk saham ERAA.

“Kami akan review kembali terkait estimasi pada 2019 dan 2020 untuk ERAA di mana rekomendasi sebelumnya berada di buy dengan target harga Rp1.725 dan price to earnings (PE) di 10,3 kali pada 2020,” tulis Rendy.

Mampukah ERAA Kembali Memantul ke Level Rp2.000?

Analis Korea Investment & Sekuritas Indonesia Gianca Devina menambahkan bahwa peluncuran seri iPhone11 pada awal Desember nanti seharusnya mampu menopang penjualan ERAA pada kuartal IV/2019.

“Dalam pandangan kami, produk ini seharusnya dapat menggenjot penjualan ERAA pada kuartal IV/2019 karena lebih baik dari produk sebelumnya,” tulis Gianca.

Adapun, ketersediaan produk baru dari Apple Inc. tersebut di pasar gelap juga dinilai akan selalu dimonitor. Pasalnya, walaupun kini IMEI mulai diperhatikan, perbedaan waktu peluncuran seri iPhone 11 di Indonesia dan di pasar internasional membuat produk ini rentan diperdagangkan di pasar gelap.

Lebih lanjut, Gianca optimistis performa ERAA akan membaik pada paruh kedua tahun ini ditopang oleh berkurangnya biaya modal dan tingkat persediaan.

“Walaupun 2019 masih tahun yang berat bagi ERAA, tapi pemulihan akan terjadi pada 2020 dengan pertumbuhan pendapatan diperkirakan naik 80% yoy setelah kontrol IMEI mulai diberlakukan secara penuh,” tulis Gianca.

Dengan demikian, dia tetap mempertahankan rekomendasi beli untuk ERAA dengan target harga Rp2.300 per saham.

Pada awal perdagangan Selasa, ERAA dibuka menguat sebesar 15 poin ke level Rp1.620 per saham.

Sepanjang tahun berjalan 2019, ERAA terkoreksi 27,14%. Secara year-to-date, ERAA sempat menyentuh level tertinggi Rp2.550 per saham pada 15 Januari 2019 dan level terendah Rp1.005 pada 9 Mei 2019.

Namun, level tertinggi itu belum melampaui level tertinggi dalam 5 tahun Rp3.280 per saham yang terbentuk pada akhir perdagangan 27 Juli 2018.

Dari konsensus analis lewat Bloomberg, sebanyak 4 analis merekomendasikan beli, 8 analis merekomendasikan hold, dan 1 analis merekomendasikan jual untuk ERAA dengan target harga rata-rata Rp2.116.

Rekomendasi Saham ERAA
SekuritasRekomendasiTarget Harga (Rp)
Yuanta Securities Investment Consulting Co. Ltdhold1.730
Ciptadana Sekuritasbuy2.130
UOB Kay Hianhold1.900
CIMBadd3.500
BNI Securitieshold1.900

Sumber: Bloomberg, per 12 November 2019.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Dwi Nicken Tari
Editor : Ana Noviani
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper