Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

PASAR OBLIGASI : Harga SUN Diproyeksi Menguat Jelang Lelang

Di tengah-tengah kehadiran lelang yang akan dihelat hari ini, justru harga obligasi mengalami kenaikan.
Karyawan mencari informasi tentang obligasi di Jakarta, Rabu (17/7/2019)./Bisnis-Abdullah Azzam
Karyawan mencari informasi tentang obligasi di Jakarta, Rabu (17/7/2019)./Bisnis-Abdullah Azzam

Bisnis.com, JAKARTA--Pilarmas Investindo Sekuritas memprediksi harga surat utang negara (SUN) pada perdagangan hari ini, Selasa (5/11/2019) menguat jelang pelaksanaan lelang.

Dikutip dari hasil risetnya, Selasa (5/11/2019), Direktur Riset Pilarmas Investindo Sekuritas Maximilianus Nico Demus mengatakan biasanya harga SUN cenderung turun jelang lelang karena investor menginginkan yield yang tinggi. Menariknya, kondisi pasar saat ini justru sebaliknya dengan menunjukkan penguatan.

Dia menyebut hal itu sebagai optimisme investor terhadap pasar obligasi di Tanah Air.

"Di tengah-tengah kehadiran lelang yang akan dihelat hari ini, justru harga obligasi mengalami kenaikan, sesuatu yang tidak biasa mengingat menjelang lelang biasanya pasar mencoba untuk menurunkan harga obligasi, agar mendapatkan imbal hasil yang lebih tinggi pada saat lelang," ujarnya.

Adapun, dia merekomendasikan agar investor fokus kepada pelaksanaan lelang.

Beberapa sentimen yang memengaruhi pergerakan harga hari ini yaitu pertama, langkah China yang melakukan tinjauan lokasi penandatanganan kesepakatan dengan Amerika Serikat. Seperti diketahui, penandatanganan kesepakatan dengan AS sebelumnya direncanakan di Chili selama penyelenggaraan Konferensi Tingkat Tinggi Asia Pasifik.

Namun, ketidakstabilan di Chili mengurungkan niat mereka dan memindahkan lokasi penandatanganan kesepakatan ke AS. Dengan demikian, kesepakatan yang bernilai US$500 miliar barang dari Amerika dan China berpeluang diteken.

Kedua, keputusan India hengkang dari RCEP atau yang dikenal sebagai Regional Comprehensive Economic Partnership merupakan perjanjian perdagangan bebas regional wilayah Asia. Perdana Menteri Narenda Modi khawatir dampak keanggotaan RCEP yang terhadap mata pencaharian masyarakat di India, terutama kelas yang rentan. Keluarnya India dari kesepakatan, menurutnya, menghilangkan tantangan terbesar pada pakta RCEP karena India mewakili negara dengan 1/3 ekonomi global.

"Kami merekomendasikan wait and see pada hari ini, dan fokus untuk mengikuti lelang," katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Ana Noviani

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper