Bisnis.com, JAKARTA – Emiten batu bara PT Bumi Resources Tbk. mencatatkan penurunan kinerja secara signifikan dari sisi pendapatan serta laba bersih perusahaan selama periode Januari-September 2019.
Anak usaha Bakrie Group itu membukukan pendapatan bersih sebesar US$751,85 juta selama 9 bulan pertama 2019, turun 8,85 persen dari posisi tahun sebelumnya, yang sekitar US$824,85 juta.
Segmen penjualan batu bara menyumbang US$748,39 juta. Emiten berkode saham BUMI itu tercatat lebih banyak memasok batu bara untuk pasar domestik kepada pihak ketiga sebesar US$420,77 juta.
Adapun pasar ekspor berkontribusi US$327,61 juta pada kuartal III/2019.
Sementara itu, segmen jasa menyumbang US$3,46 juta, naik dari realisasi periode yang sama tahun lalu, yang senilai US$1,18 juta.
Di pos beban pokok pendapatan, terjadi penurunan dari US$659,98 juta menjadi US$577,58 juta. Dengan demikian, laba kotor yang diperoleh sebesar US$174,26 juta hingga September 2019.
Baca Juga
Setelah dikurangi beban usaha, beban lain-lain, beban bunga serta pajak, BUMI membukukan laba yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar US$76,07 juta atau merosot hampir 63 persen secara year-on-year (yoy) dari sebelumnya US$205,29 juta.
Sekretaris Perusahaan Dileep Srivastava mengatakan turunnya kinerja perusahaan disebabkan kondisi global yang tengah keruh, mengingat ada ketidakseimbangan antara pasokan batu bara dengan permintaan yang datang dari pasar.
“Meskipun laba bersih 63 persen lebih rendah dari tahun lalu, itu karena kondisi ekonomi dan sektor global yang kurang mendukung. Akibatnya, ada ketidakseimbangan dalam pasokan-permintaan batu bara yang membuat harga jual lebih rendah,” paparnya dalam keterangan resmi yang diterima Bisnis, Jum’at (1/11/2019).
Dileep menuturkan harga batu bara turun 11 persen ke level US$52,6 per ton dari posisi US$59,4 per ton, sehingga menekan kinerja perusahaan. Harga pokok penjualan meningkat sebesar 4 persen, tapi biaya operasional relatif stabil.
Dia menyatakan volume penjualan tumbuh 5 persen menjadi 63,1 juta ton dibandingkan 60 juta ton pada periode yang sama tahun lalu. Dari jumlah itu, sebesar 45,5 juta ton disumbang oleh PT Kaltim Prima Coal (KPC), naik 12 persen yoy.
Sementara itu, 17,6 juta ton lainnya berasal dari PT Arutmin. Jumlah ini menyusut 9 persen dari realisasi tahun lalu.
Adapun persediaan akhir turun 17 persen menjadi 5,2 juta ton dari 6,2 juta ton pada September 2018.
Dileep juga menyampaikan tidak akan ada perubahan terhadap pedoman produksi BUMI pada 2019, yakni menghasilkan batu bara sebanyak 87 juta-90 juta ton dibandingkan dengan realisasi kuartal III/2018, yang sebesar 80,3 juta ton.
“BUMI bermaksud meninjau kembali harga yang diharapkan untuk tahun ini pada November 2019,” ucapnya.