Bisnis.com, JAKARTA--Para analis memperkirakan transaksi broker akan lebih semarak pada kuartal IV/2019 ini. Sejumlah isu global yang diperkirakan bisa mendingin dan kepastian dari kabinet baru diharapkan mengembalikan selera investor untuk masuk ke pasar saham.
Analis Senior CSA Research Institute Reza Priyambada menjelaskan bahwa pelaku pasar kembali memasang posisi wait and see pada kuartal III/2019 melihat kondisi global yang kurang memuaskan. Adapun, perlambatan ekonomi global yang menjadi buntut perang dagang antara AS—China dikhawatirkan bisa mempengaruhi laju ekonomi Tanah Air.
Adapun, beberapa data ekonomi menunjukkan pelemahan seperti indeks manufaktur Indonesia pada September 2019 yang berada di level 49,1. Perolehan di bawah level 50 menunjukkan terjadi kontraksi.
Selain itu, pada saat bersamaan juga terjadi deflasi mencapai 0,27% secara bulanan (month-to-month/MoM).
“Kalau orang persepsinya negatif, jadi tidak mau bertransaksi. Mau tidak mau jadi soft-trading. Ketika investor menunda masuk pasar, pasti akan berimbas ke nilai transaksi sekuritas,” kata Reza kepada Bisnis.com, pekan lalu.
Dirinya menambahkan, para nasabah dari perusahaan sekuritas tampaknya masih khawatir dengan pelemahan lanjutan mengingat kondisi pasar modal yang sepanjang kuartal III/2019 tertekan 2,52%.
Baca Juga
Beberapa aksi massa yang terjadi pada akhir bulan lalu juga diperkirakan berkontribusi terhadap tekanan yang terjadi pada indeks. Pasalnya, hal itu dikhawatirkan bisa mempengaruhi investasi asing karena kondisi politik dinilai tak kondusif.
Namun, Reza mengingatkan bahwa kepastian politik lewat pembentukan kabinet pada bulan ini dan harapan membaiknya beberapa data makroekonomi yang dirilis pada kuartal IV/2019 dapat mengembalikan selera investor.
“Susunan kabinet mungkin bisa memberikan angin positif kalau misakan pihak-pihak yang terpilih untuk menduduki pos-pos menteri strategis adalah orang-orang yang marketable,” imbuhnya.
Sementara dari eksternal, tensi perang dagang AS—China yang diharapkan bisa berkurang pada pengujung tahun ini serta AS tak lagi mencari peluang perang dagang dengan pihak lain bisa menambah sentimen positif ke seluruh pasar, termasuk Indonesia.
“Beberapa hari kemarin ternyata Presiden AS Donald Trump menyatakan perang dagang dengan Eropa. Ini kan menjadi sentimen negatif, saat perang dagang dengan China saja berakibat ekonomi turun, apalagi dengan Eropa,” tutur Reza.
Senada, Head of Research Institusi MNC Sekuritas Thendra Crisnanda menyampaikan bahwa pelemahan transaksi broker pada kuartal III/2019 disebabkan oleh kombinasi sentimen ekternal dan internal.
“Di internal diperparah oleh instabilitas karena demo-demo yang terjadi beberapa waktu terakhir,” ujarnya.
Dirinya optimistis pada kuartal terakhir ini bisa terjadi pemulihan di pasar dengan adanya aksi window dressing di tengah-tengah valuasi beberapa saham blue chip yang cukup reasonable.
Berdasarkan data Bloomberg, gross value pada kuartal III/2019 tercatat senilai Rp1.099 triliun atau turun 4,01% dibandingkan kuartal sebelumnya yang senilai Rp1.145 triliun.
Namun, nilai tersebut mengalami kenaikan 15,32% secara tahunan dari posisi Rp952,98 triliun pada periode yang sama tahun lalu.