Bisnis.com, JAKARTA — PT Kapuas Prima Coal Tbk. merevisi target pengoperasian pabrik pemurnian konsentrat timbal yang terletak di Pangkalan Bun, Kalimantan Tengah.
Berdasarkan catatan Bisnis sebelumnya, perseroan menargetkan pengoperasian pabrik pemurnian konsentrat timbal sekitar kuartal III/2019. Namun, proses tersebut akan tergantung pada tahapan commissioning pada kuartal II/2019.
Direktur Kapuas Prima Coal Hendra Susanto mengungkapkan bahwa perseroan mengundur target pengoperasian pabrik pemurnian konsentrat tersebut. Dia menyebut pada saat ini perseroan masih pada tahap finalisasi.
Kendati demikian, Hendra mengatakan bahwa proses pembangungan tersebut telah mencapai 99%. Perseroan masih menunggu penyelesaian gudang tempat penampungan sementara.
“Pengoperasian mungkin mundur, kami estimasi November sementara, terburuk Januari 2020,” ujarnya kepada Bisnis, Rabu (2/10/2019).
Pendanaan
Sementara itu, dalam perkembangan yang terbaru, Hendra menyebut proses penggalangan dana untuk penyelesaian pembangunan smelter seng dan peningkatan kapasitas produksi perseroan juga mundur.
Perseroan berencana untuk menggalang dana dari pihak perbankan dengan target berkisar US$100 juta—US$120 juta. Hingga saat ini, proses uji tuntas masih terus berlangsung.
Namun, dia berharap proses tersebut masih dapat rampung pada tahun ini. Perseroan menargetkan dapat selesai lebih cepat sebelum kuartal IV/2019 berakhir.
“Hanya kemungkinan proses mundur beberapa minggu dari antisipasi awal. Dikarenakan ini adalah perbankan asing sehingga proses uji tuntas membutuhkan proses yang lebih rigid dan membutuhkanpihak ketiga independen,” ungkapnya.
Untuk kinerja, Hendra optimistis target pertumbuhan produksi ore sebesar 30% pada tahun ini bisa tercapai.
Pada 2019, perseroan menargetkan produksi ore sebanyak 450.000 ton, meningkat dibandingkan realisasi pada tahun lalu sebanyak 352.000 ton.
Hingga Agustus 2019, jumlah realisasi produksi ore perseroan telah mencapai 260.957,46 ton.
Dengan proyeksi pertumbuhan produksi, emiten berkode saham ZINC itu menargetkan laba bersih sekitar Rp160 miliar—Rp200 miliar.
Berdasarkan laporan keuangan perseroan pada semester I/2019, ZINC melaporkan pendapatan Rp433 miliar pada semester I/2019. Realisasi itu tumbuh 16% dari Rp373 miliar pada periode yang sama tahun lalu.
Dari situ, laba bersih yang dibukukan emiten berkode saham ZINC itu senilai Rp113 miliar. Pencapaian tersebut naik 36,5% dari Rp83 miliar pada semester I/2018.
Hendra mengungkapkan bahwa kendati harga komoditas seng melemah 30% dalam 3 bulan terakhir, kenaikan harga komoditas perak dinilai dapat menutupi pelemahan tersebut.
“Sampai Juni 2019 sudah sekitar Rp100 miliar. Jadi kami optimistis bisa capai angka ini akhir tahun,” tuturnya.