Bisnis.com, JAKARTA -- Bursa Efek Indonesia mendorong seluruh perusahaan keluarga yang belum menjadi perusahaan publik untuk segera melantai di bursa saham.
Direktur Penilaian Perusahaan Bursa Efek Indonesia (BEI) I Gede Nyoman Yetna Setya mengatakan pihaknya sedang gencar melakukan lokakarya go public dan business meeting di sembilan provinsi. Langkah ini menjadi strategi BEI untuk jemput bola perusahaan keluarga yang belum menjadi perusahaan publik.
Pasalnya, tidak mudah mendorong perusahaan keluarga untuk go public. Mayoritas perusahaan keluarga memiliki kekhawatiran ketika mencatatkan saham di bursa, salah satunya tentang pengendali.
Padahal, terangnya, Initial Public Offering (IPO) menjadi kesempatan bagi perusahaan keluarga untuk naik kelas. Setelah IPO, perseroan memiliki ruang pendanaan dan pasar yang lebih luas.
"Mereka [perusahaan keluarga] memiliki karakteristik yang berbeda, sehingga membutuhkan informasi langsung dari regulator dan para profesi penunjang," papar Nyoman, Kamis (19/9/2019).
Presiden Direktur PT Gunung Raja Paksi Tbk. Alouisius Maseimilian menuturkan dengan menjadi emiten, perusahaan memiliki akses pendanaan yang lebih mudah dari pasar modal. Di samping itu, peluang pendanaan dari institusi keuangan juga lebih banyak.
Produsen lembaran baja yang bermarkas di Cikarang Barat ini mencatatkan saham perdananya di BEI, kemarin.
"Dengan kami mengambil langkah IPO, tentu kami akan menerapkan Good Corporate Governance (GCG) secara profesional. Rencana IPO telah disiapkan oleh pemegang saham beberapa tahun. Tahun kemarin sempat berproses dan ditunda karena pasar. Awal tahun ini, pada Januari, mulai proses kembali," ujarnya.
Baca Juga
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News