Bisnis.com, JAKARTA — Fokus investor beralih ke kebijakan moneter, baik dari AS maupun Indonesia, setelah dikejutkan oleh sentimen cukai rokok pada awal pekan.
Menutup perdagangan Rabu (18/9/2019), Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terapresiasi 0,64 persen ke level 6.276. Pada awal pekan ini, IHSG terkoreksi cukup dalam sebesar 1,82 persen setelah pelaku pasar merespons kebijakan pemerintah yang akan menaikkan cukai rokok.
Kepala Riset Koneksi Kapital Alfred Nainggolan menjelaskan investor bakal fokus pada bank sentral AS (Federal Reserve) yang mengikuti keputusan bank sentral Eropa (European Central Bank/ECB) untuk memangkas suku bunga acuan dalam rapat Komite Pasar Terbuka Federal (Federal Open Market Committtee/FOMC) pada pekan ini.
“Kami melihat probabilitasnya jauh lebih besar untuk ada pemangkasan, lebih kepada latar belakang yang ECB telah melakukan pemangkasan,” ujarnya kepada Bisnis, Rabu (18/9).
Adapun The Fed telah menurunkan suku bunga Fed Fund Rates (FFR) ke kisaran 1,75-2 persen dalam rapat FOMC yang berakhir pada Rabu (18/9) waktu setempat.
Alfred menjelaskan penurunan suku bunga dari bank sentral ekonomi terbesar di dunia itu akan menguntungkan pasar keuangan di negara-negara berkembang (emerging markets), termasuk Indonesia. Dengan posisi rupiah yang menguat dan bahkan sempat menyentuh level di bawah Rp14.000, Bank Indonesia (BI) pun dinilai bakal memiliki ruang untuk melakukan pemangkasan suku bunga 7-Day Reserve Repo Rate (7-DRRR).
Pemangkasan yang dapat dilakukan sebanyak dua kali lagi tersebut diharapkan bisa menjaga level pertumbuhan ekonomi domestik yang sempat melemah pada kuartal II/2019.
“Ruang ini yang dilihat oleh pasar, bisa dibilang sebagai modal untuk BI melakukan kebijakan pelonggaran yang dibutuhkan untuk mendorong pertumbuhan,” tuturnya.
Alfred pun menargetkan IHSG dapat menguat dan mampu menyentuh level 6.700 pada akhir tahun ini dengan PE sekitar 22—23 kali. Menurutnya, posisi tersebut telah menunjukkan valuasi IHSG yang cukup premium ketimbang indeks bursa lainnya.
Sementara itu, penguatan IHSG menuju level 7.000 dinilai akan berat dan bahkan sudah tak memungkinkan lagi akibat realisasi pertumbuhan laba korporasi pada semester I/2019 yang cenderung flat.
Lebih lanjut, sektor properti menjadi favorit Alfred menjelang akhir tahun ini. Pasalnya, sektor itu telah tertekan cukup dalam pada tahun lalu dan kemungkinan mulai pulih seiring dengan suku bunga yang rendah.
“Kalau sektor lainnya mungkin relatif tidak ada yang sesensitif sektor properti,” terangnya, sambil merekomendasikan saham LPKR dan BSDE untuk dapat dicermati investor.
Koneksi Kapital : Perhatian Investor Tertuju ke Kebijakan Moneter Bank Sentral
Investor akan melihat apakah ada pemangkasan suku bunga acuan lebih lanjut dari bank-bank sentral dunia, termasuk Indonesia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel
Penulis : Dwi Nicken Tari
Editor : Annisa Margrit
Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

4 jam yang lalu
Para Pembeli Emas Antam yang Masih Boncos Awal Mei 2025

17 jam yang lalu
Beda Arah BlackRock dan JP Morgan di United Tractors (UNTR)
Artikel Terkait
Berita Lainnya
Berita Terbaru
39 menit yang lalu
IHSG Menggeliat, Dana Asing Masih Kabur dari Pasar Saham RI
3 jam yang lalu
Hasil RUPS BUMN Adhi Karya (ADHI): Direksi Dipertahankan
Terpopuler
# Hot Topic
Rekomendasi Kami
Foto
