Bisnis.com, JAKARTA - Rupiah berhasil berbalik menguat cukup signifikan pada perdagangan Kamis (12/9/2019), kembali bergerak di bawah Rp14.000 per dolar AS.
Berdasarkan data Bloomberg, pada penutupan perdagangan rupiah berada di level Rp13.994 per dolar AS, menguat 0,47% atau 66 poin melawan greenback.
Adapun, penguatan mata uang Garuda tersebut menjadi terbaik kedua di antara mata uang Asia lainnya, berada di bawah kinerja rupee yang menguat 0,51%.
Analis PT Monex Investindo Futures Faisyal mengatakan bahwa berbalik menguatnya rupiah dibantu oleh meredanya ketegangan dagang AS dan China seiring dengan kedua negara melonggarkan masing-masing kebijakan tarif impornya untuk menjamin terjadinya negosiasi dagang yang akan berlangsung pada awal Oktober.
Seperti yang diketahui, Pemerintah AS sepakat untuk menunda pengenaan tarif sebesar 5% pada impor China selama dua minggu, sedangkan China mengizinkan perusahaannya untuk melanjutkan pembelian produk pertanian AS.
“Langkah dari kedua tersebut berhasil membuat rupiah untuk bergerak menguat melawan dolar AS,” ujar Faisyal kepada Bisnis, Kamis (12/9/2019).
Baca Juga
Selain itu, terkoreksinya harga minyak dunia akibat proyeksi OPEC bahwa permintaan minyak dunia akan kembali tertekan menjadi berkah bagi rupiah karena dapat mengurangi beban impor minyak Indonesia sehingga berpotensi untuk membantu menekan defisit neraca perdagangan.
Kendati demikian, penguatan tersebut dinilai masih cenderung terbatas seiring dengan pasar masih menanti hasil pertemuan kebijakan European Central Bank yang diprediksi memangkas suku bunga.
Faisyal memproyeksi pada perdagangan Jumat (13/9/2019), rupiah akan bergerak di kisaran Rp13.950 per dolar AS hingga Rp14.025 per dolar AS.
Dia mengatakan, rupiah berpotensi kembali bergerak melemah jika hasil pertemuan ECB akan dovish dan rendahnya rupiah dalam beberapa perdagangan terakhir memicu pembelian rupiah oleh investor ketika harga tengah rendah.
Sementara itu, Direktur Utama PT Garuda Berjangka Ibrahim mengatakan bahwa pada perdagangan kali ini rupiah dikelilingi sentimen positif yang membantu mata uang Garuda tersebut menguat.
Salah satunya, pasar menyambut langkah parlemen Inggris untuk memblokir Brexit yang tanpa kesepakatan pada 31 Oktober. Parlemen bersama PM Inggris Boris Jhonson akan kembali bernegosiasi dengan Uni Eropa untuk menentukan kepastian Inggris akan kembali bergabung dengan Benua Biru atau keluar dengan persyaratan.
“Oleh karena itu, dalam transaksi perdagangan Jumat (13/9), rupiah kemungkinan masih menguat terbatas di range Rp13.980 per dolar AS hingga Rp14.060 per dolar AS,” ujar Ibrahim.