Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

SBN Ritel Mulai Geser Reksa Dana dan Deposito

Surat berharga negara (SBN) ritel yang diterbitkan Pemerintah untuk meningkatkan kontribusi investor domestik disebut mulai menggeser proporsi dana pada instrumen reksa dana dan deposito. 

Bisnis.com, JAKARTA--Surat berharga negara (SBN) ritel yang diterbitkan Pemerintah untuk meningkatkan kontribusi investor domestik disebut mulai menggeser proporsi dana pada instrumen reksa dana dan deposito. 
 
Kepala Riset Infovesta Utama Wawan Hendrayana mengatakan upaya Pemerintah melakukan pendalaman pasar obligasi ritel disebut cukup baik dalam menggalang dana investor ritel. Adapun, dari data Kementerian Keuangan, Pemerintah telah mendapatkan Rp38,32 triliun dari penawaran tujuh kali penawaran SBN ritel sepanjang tahun ini. 
 
Menurutnya, di balik tingkat penyerapan yang positif ini, instrumen buatan Pemerintah ini disebut mulai menggeser instrumen seperti reksa dana dan deposito. 
 
“Dengan penyerapan yang sudah relatif besar, SBN akan mulai head to head dengan [instrumen] investasi lain seperti reksa dana dan juga deposito perbankan,” ujarnya saat dihubungi Bisnis, Rabu (4/9/2019). 
 
Adapun, bila dibandingkan, SBN ritel dianggap instrumen yang aman karena dibuat oleh Pemerintah dan menawarkan tingkat kupon yang tinggi bila dibandingkan dengan suku bunga acuan saat ini. Sementara itu, deposito hanya menjamin nilai Rp2 miliar. Menurutnya, dana pihak ketiga perbankan mulai melambat seiring dengan bertambahnya seri baru SBN ritel. 


Sementara itu, dia berujar investor tak memandang reksa dana sebagai instrumen yang memberikan keamanan karena tidak memiliki jaminan. Faktor inilah, katanya, yang membuat SBN ritel lebih unggul dibandingkan deposito dan reksa dana. 

 
Seri SBR008 memiliki tingkat kupon sebesar 7,2% dengan tenor dua tahun. Dari sisi nilai transaksinya, dana minimal yang bisa dikeluarkan investor sebesar Rp1 juta dan maksimal Rp3 miliar. 
 
Pemerintah sendiri berencana melakukan 10 kali lelang sepanjang tahun ini. Hingga saat ini, dari penawaran tujuh instrumen, Pemerintah telah mendapatkan dana sebesar Rp38,32 triliun. 
 
“Masih pada imbal hasil yang relatif tinggi dibandingkan dengan deposito dan faktor keamanannya,” katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper