Bisnis.com, JAKARTA -- Ekonom Bahana Sekuritas Satria Sambijantoro berpendapat bahwa penurunan suku bunga acuan merupakan sinyal positif terhadap kenaikan harga pasar modal dalam beberapa waktu ke depan.
Keputusan penurunan suku bunga acuan sebanyak dua kali berturut-turut bukan hal baru yang dilakukan oleh BI. Hal ini pernah dilakukan pada September 2017.
"Keputusan Gubernur BI yang berani menurunkan suku bunga di tengah volatilitas nilai tukar rupiah menunjukkan BI melihat keseimbangan eksternal di Indonesia, terutama defisit transaksi berjalan, tidak seburuk perkiraan para analis," kata Satria, Kamis (22/8/2019).
Hasil keputusan tersebut pun terbukti cukup positif. Hal ini terlihat dari naiknya nilai tukar rupiah sebesar 0,04% setelah pengumuman kenaikan suku bunga acuan.
Dia juga melihat penurunan suku bunga sebagai cara efektif untuk kembali menggairahkan pinjaman. Menurut data yang dihimpun dari Bank Indonesia, pertumbuhan kredit year-on-year tengah menunjukkan tren menurun.
Pada Mei 2019 pertumbuhan kredit berada pada posisi 11,1%. Angka tersebut turun sebulan kemudian pada nilai 9,9%.
Satria juga menambahkan ada kemungkinan yang cukup kuat The Fed akan mengirimkan sinyal dovish terhadap perekonomian dunia.
Gubernur The Fed Jerome Powell kemungkinan akan mengumumkan penurunan suku bunga acuan dalam pidatonya pada Simposium Ekonomi Jackson Hole yang akan diselenggarakan pada Jumat (23/8/2019) mendatang waktu setempat.
"[Pengumuman] ini dapat melemahkan nilai tukar mata uang Asia, termasuk rupiah," terangnya.