Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Kurs Tengah Melemah 63 Poin, Tensi Geopolitik Gerogoti Mata Uang Asia

Bank Indonesia mematok kurs tengah hari ini, Selasa (13/8/2019) di level Rp14.283 per dolar AS, melemah 63 poin atau 0,44 persen dari posisi Rp14.220 pada Senin (12/8/2019).
Ilustrasi uan tunai rupiah. (Antara)
Ilustrasi uan tunai rupiah. (Antara)

Bisnis.com, JAKARTA – Bank Indonesia mematok kurs tengah hari ini, Selasa (13/8/2019) di level Rp14.283 per dolar AS, melemah 63 poin atau 0,44 persen dari posisi Rp14.220 pada Senin (12/8/2019).

Kurs jual ditetapkan di Rp14.354 per dolar AS, sedangkan kurs beli berada di Rp14.212 per dolar AS. Selisih antara kurs jual dan kurs beli adalah Rp142.

Adapun berdasarkan data Bloomberg, nilai tukar rupiah di pasar spot terpantau melemah 37 poin atau 0,26 persen ke level Rp14.287 per dolar AS pada pukul 11.06 WIB dari level penutupan perdagangan sebelumnya.

Pada perdagangan Senin (12/8), rupiah ditutup terdepresiasi 0,39 persen atau 56 poin di level Rp14.250 per dolar AS. Mata uang Garuda ini mulai melanjutkan pelemahannya dengan dibuka terdepresiasi 0,13 persen atau 18 poin di level Rp14.268 per dolar AS.

Sepanjang perdagangan pagi ini, rupiah bergerak di kisaran Rp14.268-Rp14.285 per dolar AS.

Mata uang lainnya di Asia mayoritas juga melemah pagi ini, dipimpin rupee India yang terdepresiasi 0,44 persen terhadap dolar AS pada pukul 11.07 WIB (lihat tabel).

Pergerakan kurs mata uang di Asia terhadap dolar AS

Mata uang

Kurs

Pergerakan (persen)

Rupee India

71,1050

-0,44

Rupiah

14.287

-0,26

Won Korea Selatan

1.218,93

-0,23

Ringgit Malaysia

4,1930

-0,21

Yen Jepang

105,46

-0,15

Dolar Taiwan

31,435

-0,1

Yuan Onshore China

7,0635

-0,08

Dolar Singapura

1,3877

-0,05

Baht Thailand

30,788

+0,22

Peso Filipina

52,139

+0,12

Yuan Offshore China

7,0983

+0,07

Dolar Hong Kong

7,8456

+0,01

Nilai tukar peso Filipina memimpin pelemahan di antara mata uang emerging market Asia karena kekhawatiran geopolitik di Argentina dan Hong Kong semakin menggerogoti sentimen aset berisiko.

Selain karena isu perdagangan AS-China, daya tarik aset berisiko semakin tergerus oleh memanasnya aksi unjuk rasa di Hong Kong. Pada Senin (12/8/2019), bandara internasional negara ini ditutup untuk penerbangan selama beberapa jam setelah ribuan demonstran mengepungnya.

Sementara itu, hasil pemilihan pendahuluan di Argentina yang menempatkan pihak oposisi sebagai unggulan, mengakibatkan jatuhnya nilai tukar mata uang peso, bursa saham, dan obligasi negara itu.

“Aksi penghindaran risiko dari Argentina telah mendorong aksi jual eksposur berisiko tinggi, termasuk rupiah, rupee India, dan peso Filipina,” ujar Wisnu Varathan, kepala bidang ekonomi dan strategi di Mizuho Bank Ltd., dikutip dari Bloomberg.

Menurut Mingze Wu, seorang pedagang valas di INTL FCStone, Singapura, meningkatnya ketidakpastian geopolitik akan berdampak pada mata uang emerging market.

Di sisi lain, indeks dolar Amerika Serikat (AS) yang melacak pergerakan mata uang dolar AS terhadap sejumlah mata uang utama dunia, terpantau menguat 0,22 persen atau 0,212 poin ke level 97,592 pada pukul 10,57 WIB, setelah dibuka dengan kenaikan 0,1 persen di posisi 97,479.

Pada perdagangan Senin (12/8/2019) indeks berakhir di zona merah dengan pelemahan 0,11 persen atau 0,111 poin di level 97,380.

Kurs Transaksi Bank Indonesia (Rupiah)

Tanggal

Kurs

13 Agustus

14.283

12 Agustus

14.220

9 Agustus

14.195

8 Agustus

14.231

7 Agustus

14.275

Sumber: Bank Indonesia

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper