Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Perang Dagang Tak Kunjung Usai, Yen Terus Diincar Investor

Berdasarkan data Bloomberg, hingga pukul 11.30 WIB, yen bergerak menguat 0,26% atau 0,27 poin menjadi 105,42 yen per dolar AS.
Mata uang Yen Jepang/Istimewa
Mata uang Yen Jepang/Istimewa

Bisnis.com, JAKARTA - Dolar AS tampak defensif terhadap yen pada perdagangan Senin (12/8/2019) dipicu oleh perang dagang AS dan China yang terjadi berlarut-larut sejak tahun lalu dan tidak terlihat adanya kesepakatan dalam waktu dekat.

Berdasarkan data Bloomberg, hingga pukul 11.30 WIB, yen bergerak menguat 0,26% atau 0,27 poin menjadi 105,42 yen per dolar AS.

Mengutip riset Goldman Sachs, kesepakatan perdagangan AS dan China tidak mungkin terjadi sebelum pemilihan presiden AS 2020 dan semakin meningkatkan risiko terjadinya resesi. Bank tersebut pun telah memangkas perkiraan pertumbuhan ekonomi AS pada akhir pekan lalu.

"Secara keseluruhan, kami telah meningkatkan perkiraan kami tentang dampak pertumbuhan perang dagang," tulis Goldman Sachs dalam risetnya seperti dikutip dari Reuters, Senin (12/8/2019).

Ketegangan perdagangan masih melekat pada pasar setelah Presiden AS Donald Trump mengatakan bahwa pihaknya tidak siap untuk membuat kesepakatan dengan China dan bahkan dirinya tidak yakin perundingan perdagangan dengan China yang dijadwalkan pada September dapat tetap dilakukan.

Adapun, pemerintah China telah mendepresiasi yuan ke level terendahnya dalam 10 tahun terakhir untuk beberapa pekan terakhir sebagai penyeimbang tarif impor dari AS yang juga berimbas menekan mata uang negara berkembang di seluruh Asia dan mendorong yen, sebagai aset safe-haven.

Sementara itu, mengutip publikasi riset PT Asia Trade Point Futures, data ekonomi beberapa negara akan menjadi fokus pasar karena investor mencoba untuk mendapatkan gambaran tentang kesehatan ekonomi global dan menilai kemungkinan Bank Sentral akan tetap berpegang pada kebijakan pelonggaran moneter yang akomodatif.

Semua mata pasar pada pekan ini juga akan tertuju pada data ekonomi China, termasuk penjualan ritel dan hasil industri, yang akan dirilis pada Rabu (14/8/2019), dan akan menjadi tolak ukur dampak sengketa perdagangan jangka panjang pada aktivitas domestik.

“Akibatnya yen dan swiss franc tetap bergerak menguat terhadap dolar AS, dan sempat membuat yen membukukan penguatan diposisi tertinggi 7 bulan seiring dengan meningkatnya permintaan safe haven,” tulis Asia Trade Point Futures seperti dikutip dari publikasi risetnya, Senin (12/8/2019).

PT Asia Trade Point Futures memperkirakan yen akan tetap bullish terhadap dolar AS dengan bergerak di kisaran 106,07 yen per dolar AS hingga 105,25 yen per dolar AS.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Finna U. Ulfah
Editor : Ana Noviani

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper