Bisnis.com, PANGKALPINANG – Anak usaha BUMN PT Timah Tbk. akan memperbarui teknologi dan kapasitas fasilitas pemurnian atau smelter timah di Muntok, Bangka Barat.
Direktur Operasi PT Timah Tbk, Alwin Albar mengatakan pembaruan di Muntok akan menjadi proyek besar perseroan sampai dengan 2021 kuarta I atau kuartal II. Pembaruan diperlukan sebab teknologi yang digunakan sudah ketinggalan jaman.
“Tanur yang sekarang kami miliki dibangun pada tahun 1970-an. Diperbarui dengan teknologi supaya pemurnian semakin bagus,” katanya setelah workshop Asosiasi Eksportir Timah Indonesia pada Kamis (25/7/2019).
Alwin mengatakan pembaruan teknologi akan dilakukan oleh Advance Tin Smelter atau Ausmelt. Menurutnya desain bangunan sempat mundur 90 hari sebab emiten berkode saham TINS menginginkan kapasitas yang lebih simpel dan besar.
“Produksi kamis sebenarnya sudah maksimal. Jadi desain ausmelt kami buat produksinya 40.000 ton per tahun. Sekarang ada enam tanur tapi nanti diganti jadi satu tanur. Jadi lebih ekonomis apalagi sekarang satu tanur hanya produksi 5.500 ton sampai 6.000 ton,” katanya.
Sementara tender konstruksi saat ini masih berlangsung. Terdapat tiga kontraktor yang ikut dalam tender tersebut. Ketiganya adalah PT Wijaya Karya Tbk., PT Adhi Karya Tbk., dan PT Hutama Karya.
Baca Juga
TINS akan mendanai proyek pembaruan smelter Muntok dengan menggunakan dana dari penerbitan obligasi atau sukuk hijrah. Perusahaan plat merah itu membidik dana segar dari obligasi dan sukuk ijarah sebanyak-banyaknya Rp1,3 triliun untuk belanja modal dan pelunasan sebagian utang jangka pendek.
Dalam keterbukaan informasi di laman Bursa Efek Indonesia (BEI), Kamis (25/7/2019), perseroan melaporkan akan melakukan emisi Obligasi Berkelanjutan I Timah Tahap II Tahun 2019 sebanyak-banyaknya Rp900 miliar. Penerbitan itu merupakan bagian dari Penawaran Umum Berkelanjutan (PUB) I Timah dengan target dana yang dihimpun Rp2,1 triliun.
Manajemen TINS menyebut 50 persen dana obligasi akan digunakan untuk membiayai belanja modal, yang kemudian akan dibagi lagi untuk keperluan rekondisi serta replacementperalatan produksi dan peningkatan kapasitas produksi perseroan--dengan porsi masing-masing 50 persen.
Selanjutnya, 50 persen dana sisanya akan digunakan untuk pelunasan sebagian utang jangka pendek dari fasilitas modal kerja berdenominasi rupiah.