Bisnis.com, JAKARTA – Rupiah membalikkan posisi pada perdagangan Kamis (18/7/2019) dengan ditutup menguat melawan dolar AS seiring dengan keputusan Bank Indonesia memangkas suku bunga acuan sebesar 25 basis poin menjadi 5,75 persen.
Berdasarkan data Bloomberg, pada penutupan perdagangan Kamis (18/7/2019) rupiah berada di level Rp13.960 per dolar AS, terapresiasi 0,16% atau 23 poin.
Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia Juli 2019 akhirnya memutuskan untuk menurunkan suku bunga acuan sebanyak 25 basis poin menjadi 5,75 persen, setelah 8 bulan mempertahankan suku bunga di level 6 persen.
Adapun, kebijakan tersebut diambil dengan pertimbangan rendahnya inflasi ke depan dan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi di tengah prospek pertumbuhan global yang melambat.
Direktur Utama PT Garuda Berjangka Ibrahim mengatakan bahwa pasar menanggapi dengan baik kebijakan yang diambil oleh Bank Indonesia karena memberikan sinyal bahwa ekonomi Indonesia akan tumbuh dengan baik.
“Data fundamental baik secara eksternal maupun internal telah mendukung penguatan mata uang rupiah,” ujar Ibrahim seperti dikutip dari keterangan resmi yang diterima Bisnis.com, Kamis (18/7/2019).
Baca Juga
Mayoritas mata uang kelompok Asia berhasil bergerak menguat melawan dolar AS dan mata uang Garuda berada di posisi ketiga mata uang dengan kinerja penguatan terbaik.
Tercatat, indeks dolar AS yang mengukur kekuatan greenback di hadapan sekeranjang mata uang mayor lainnya bergerak melemah 0,13% menjadi 97,098.
Oleh karena itu, di tengah pelemahan dolar AS, Ibrahim mengatakan rupiah dapat bergerak menguat lebih tajam dan bergerak di bawah level Rp13.900 per dolar AS. Pada perdagangan Jumat (19/7/2019), rupiah diprediksi bergerak di kisaran Rp13.895 per dolar AS hingga Rp13.950 per dolar AS.
Sementara itu, Kepala Riset dan Edukasi PT Monex Investindo Futures Ariston Tjendra mengatakan bahwa efek pemangkasan suku bunga acuan oleh Bank Indonesi tidak cukup dominan terhadap pergerakan rupiah. Pasar cenderung masih wait and see menjelang realisasi pemangkasan suku bunga acuan oleh The Fed akhir bulan ini.
“Kalau saya lihat pergerakan rupiah, reaksinya tidak terlalu besar menanggapi pemangkasan suku bunga acuan oleh BI. Bahkan, hampir tidak bereaksi,” ujar Ariston kepada Bisnis.com.
Dia mengatakan, perhatian pasar mungkin kembali ke potensi pemangkasan suku bunga acuan AS seiring dengan Laporan IMF menyebutkan bahwa dolar AS telah mengalami overvalue sebesar 6% hingga 12%.
Apalagi, Gubernur The Fed Jerome Powell tetap menegaskan bahwa pihaknya akan bertindak sesuai kebutuhan untuk mempertahankan ekspansi pertumbuhan ekonomi AS, meskipun secara keseluruhan sajian data ekonomi AS berhasil dirilis positif.
Ariston memperkirakan rupiah masih akan melanjutkan penguatannya terhadap dolar AS, dengan bergerak di kisaran Rp13.900 per dolar AS hingga Rp14.000 per dolar AS pada perdagangan Jumat (19/7/2019).