Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Komentar Trump Kembali Memicu Koreksi Harga Tembaga

Berdasarkan data Bloomberg, pada perdagangan Kamis (18/7/2019) hingga pukul 13.08 WIB, harga tembaga berjangka di bursa Shanghai bergerak melemah 0,32% menjadi 46.840 yuan per ton.
Ilustrasi kawat tembaga./Bloomberg-Andrey Rudakov
Ilustrasi kawat tembaga./Bloomberg-Andrey Rudakov

Bisnis.com, JAKARTA – Tembaga melemah dari pergerakan tertinggi dua pekan terakhir pada perdagangan Kamis (18/7/2019) setelah Presiden AS Donald Trump mengancam untuk mengenakan tarif lebih lanjut kepada China. Ancaman itu dinilai menimbulkan risiko menyusutnya permintaan logam.

Berdasarkan data Bloomberg, pada perdagangan Kamis (18/7/2019) hingga pukul 13.08 WIB, harga tembaga berjangka di bursa Shanghai bergerak melemah 0,32% menjadi 46.840 yuan per ton.

Sementara itu, harga tembaga kontrak 3 bulan di bursa London pada perdagangan Rabu (17/7/2019) ditutup di level US$5.980 per ton, melemah 0,53% atau 32 poin. Sepanjang tahun berjalan, tembaga masih berada di zona hijau menguat 0,25%.

Analis BMO Capital Markets Colin Hamilton mengatakan bahwa pelemahan tembaga kemungkinan didorong oleh komentar Presiden AS Donald Trump terkait dengan perang dagang dengan China yang masih memiliki jalan panjang sebelum AS dan China benar-benar sepakat.

Tidak hanya itu, Trump juga berkomentar terkait dengan kemungkinan memperpanjang tarif impor.

“Namun, harga tembaga masih dapat bertahan dengan baik meskipun diterpa komentar Trump tersebut,” ujar Colin seperti dikutip dari Reuters, Kamis (18/7/2019).

Presiden AS Donald Trump mempertanyakan kegagalan China untuk memperbaiki hubungan dengan tidak menepati janji untuk membeli lebih banyak produk pertanian AS dan pemerintahannya dapat mengenakan tarif impor untuk produk China senilai US$325 miliar jika diperlukan.

Sementara itu, Organisasi Perdagangan Dunia atau World Trade Organization (WTO) mengatakan bahwa AS telah melanggar aturan dan akan menghadapi sanksi China jika tidak menghapus tarif tertentu.

Adapun, kebuntuan perang tarif sejak tahun lalu antara 2 negara dengan ekonomi terbesar di dunia telah melemahkan permintaan logam dan membantu mengurangi pertumbuhan ekonomi China yang merupakan konsumen logam terbesar.

Di sisi lain, persediaan tembaga di gudang yang terdaftar di bursa London naik 8.500 ton menjadi 276.025 ton, tertinggi sejak April 2018. Hal tersebut menunjukkan pasar cenderung berangsur stabil dengan jumlah pasokan yang lebih baik.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Finna U. Ulfah
Editor : Ana Noviani
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper