Bisnis.com, JAKARTA - Pada perdagangan hari ini diperkirakan bakal ada koreksi terbatas terhadap pergerakan harga surat utang negara (SUN).
Dalam hasil riset hariannya, Rabu (10/7/2019), Analis MNC Sekuritas I Made Adi Saputra mengatakan fokus pasar tertuju pada pendapat Gubernur Federal Reserve Jerome Powell. Dia menyebut hal lain yang juga menjadi perhatian pelaku pasar yakni perkembangan negosiasi dagang antara China-AS juga data inflasi China dan China Yuan Loans periode Juni 2019.
"Kami perkirakan akan mengalami koreksi yang terbatas terhadap pergerakan harga Surat Utang Negara pada perdagangan hari ini," ujarnya.
Dia pun menyarankan agar investor mencermati arah pergerakan harga SUN dengan fokus pada arah nilai tukar mata uang rupiah terhadap dolar AS. Untuk investasi jangka pendek, dia merekomendasikan beberapa seri SUN untuk dicermati yakni seperti FR0053, FR0061, FR0063, FR0070, FR0056 dan FR0059.
Adapun, pergerakan harga SUN pada perdagangan sebelumnya cenderung turun karena didorong imbal hasil SUN seri acuan dengan tenor 10, 15 dan 20 tahun. Seri-seri tersebut mengalami kenaikan masing-masing sebesar 2 basis poin, di level 7,24%; 3,2 basis poin di level 7,59% dan 2,3 basis poin di level 7,75%.
Sementara itu, SUN seri acuan bertenor 5 tahun mengalami penurunan imbal hasil sebesar 1,5 basis poin yang didorong kenaikan harga sebesar 6 basis poin.
Baca Juga
Di sisi lain, perdagangan SUN dengan denominasi mata uang dolar AS, keseluruhan tenor mengalami kenaikan imbal hasil di tengah kenaikan imbal hasil Tresuri AS.
Pada perdagangan kemarin, volume perdagangan SUN mengalami peningkatan dibandingkan dengan volume perdagangan sebelumnya sebesar Rp18,46 triliun dari 47 seri Surat Utang Negara yang diperdagangkan. Adapun, volume perdagangan seri acuan sebesar Rp4,74 triliun dengan seri FR0078 yang memiliki volume perdagangan terbesar yakni Rp2,57 triliun.
Untuk perdagangan obligasi korporasi, volume perdagangan yang dilaporkan senilai Rp3,54 miliar dari 54 seri obligasi korporasi yang diperdagangkan. Obligasi Berkelanjutan II Chandra Asri Petrochemical Tahap II Tahun 2019 (TPIA02CN2) menjadi obligasi korporasi dengan volume perdagangan terbesar, senilai Rp840 miliar dari 15 kali transaksi.