Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Pasar Saham Global Tertekan, Pasar Tunggu Agenda Berikut

Bursa Eropa dan indeks futures Amerika Serikat (AS) kompak melemah pada perdagangan siang ini, Selasa (9/7/2019), bersama bursa Asia di tengah keresahan pasar soal prospek suku bunga AS.
bursa asia
bursa asia

Bisnis.com, JAKARTA – Bursa Eropa dan indeks futures Amerika Serikat (AS) kompak melemah pada perdagangan siang ini, Selasa (9/7/2019), bersama bursa Asia di tengah keresahan pasar soal prospek suku bunga AS.

Berdasarkan data Bloomberg, indeks Stoxx Europe 600 dan indeks futures S&P 500 sama-sama melemah 0,4 persen pada pukul 08.12 pagi waktu London (pukul 14.12 WIB).

Pada saat yang sama, indeks DAX Jerman membukukan penurunan terbesar dalam lebih dari lima pekan yakni 0,8 persen, sedangkan indeks MSCI Emerging Market melemah 0,4 persen.

Dilansir dari Bloomberg, indeks S&P 500 bergerak menuju penurunan sesi ketiga berturut-turut saat investor menantikan lebih banyak petunjuk mengenai arah kebijakan moneter AS.

Indeks saham di Jepang membalik kenaikannya, sedangkan indeks saham di Hong Kong dan China mencatat penurunan moderat.

Perdagangan pasar saham global hari ini diperkirakan akan terus berfluktuasi menjelang penyampaian testimoni oleh Gubernur bank sentral Federal Reserve Jerome Powell pada 10-11 Juli.

Powell akan menyampaikan pandangannya mengenai kebijakan moneter dan kondisi ekonomi AS di depan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) AS pada Rabu (10 Juli) dan Senat AS pada Kamis (11 Juli) waktu setempat.

Pasar juga menantikan rilis risalah rapat The Fed yang digelar Juni pada Rabu (10 Juli) dan harga produsen AS pada Jumat (12 Juli) waktu setempat.

Meski pelaku pasar tetap memperhitungkan langkah pemangkasan suku bunga oleh The Fed dalam pertemuan kebijakannya bulan ini, laporan payroll yang dirilis Jumat (5/7/2019) mengisyaratkan bahwa ekonomi Amerika tetap berada di jalurnya.

Sejak awal tahun ini, pasar modal global umumnya telah didukung ekspektasi bahwa bank sentral akan mempertahankan suku bunga pada atau mendekati rekor terendahnya demi mendorong pertumbuhan ekonomi.

Namun harapan itu kemudian tergerus oleh laporan tenaga kerja AS pada Jumat yang menunjukkan lonjakan nonfarm payrolls sebenyak 224.000 pada Juni, lebih tinggi dari estimasi peningkatan sebesar 160.000.

Hal ini meningkatkan ketidakpastian atas apa yang diharapkan dari pertemuan kebijakan itu. Spekulasi mengenai pemangkasan suku bunga secara agresif oleh The Fed pun menyurut.

“Data payroll cukup kuat tetapi data upah kurang optimistis, sehingga secara keseluruhan penurunan [suku bunga] sebesar 25 basis poin akan dibenarkan sebagai langkah preemptive,” ujar Naoya Oshikubo, ekonom senior di Sumitomo Mitsui Trust Asset Management, seperti dikutip Reuters.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Rustam Agus
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper