Bisnis.com, JAKARTA — Indeks Bisnis-27 diyakini tetap akan memberikan imbal hasil positif pada akhir tahun ini, walaupun secara year-to-date, kinerja indeks saham ini tidak sekencang laju pertumbuhan IHSG.
Kinerja indeks saham Bisnis-27 menjadi topik headline koran cetak Bisnis Indonesia edisi Senin (8/7/2019). Berikut laporannya.
Sepanjang tahun berjalan 2019, Indeks Bisnis-27 tumbuh 2,02%. Pertumbuhan ini lebih rendah dibandingkan dengan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang meningkat sebesar 2,89%.
Kendati demikian, sejumlah analis meyakini Indeks Bisnis-27 masih menyimpan prospek positif dan memberikan imbal hasil positif pada pengujung tahun ini.
Kondisi ini berkebalikan dibandingkan dengan kinerja pada 2018, ketika Indeks Bisnis-27 melemah 4,18%. Namun, penurunan ini tidak sebesar indeks saham lain, seperti LQ45 yang turun 8,69%, IDX30 (-8,54%), dan Indeks Pefindo (-4,85%).
Menurut para analis, kenaikan Indeks Bisnis-27 disebabkan saham-saham penghuni indeks ini akan mendapatkan sentimen positif dari sejumlah faktor, salah satunya adalah potensi penurunan suku bunga acuan.
Selain itu, mereka menilai sejumlah saham di Indeks Bisnis-27 memiliki potensi untuk tumbuh lebih tinggi karena saat ini memiliki kondisi fundamental yang baik dengan valuasi relatif murah. (Lihat grafis)
Direktur Investa Saran Mandiri Hans Kwee mencontohkan, saham-saham di sektor perbankan, properti, dan semen bakal menjadi penopang utama kinerja Indeks Bisnis-27 dalam jangka panjang.
“Dalam beberapa saat ke depan, orang berekspektasi bahwa suku bunga acuan akan turun. Kalau bunga turun, saham perbankan akan lebih diuntungkan,” tuturnya kepada Bisnis, Sabtu (6/7/2019).
Selain itu, saham-saham di sektor infrastruktur juga berpotensi melanjutkan penguatan seiring dengan terpilihnya kembali Presiden Joko Widodo sehingga proyek-proyek infrastruktur akan terus dilanjutkan dalam 5 tahun ke depan.
Namun, tuturnya, kurangnya porsi saham sektor kosntruksi dalam Indeks Bisnis-27 membuat laju kenaikan indeks tersebut tidak sekencang indeks-indeks saham lain.
“Saham-saham Indeks Bisnis-27 sudah bagus, mungkin bisa jadi pilihan investor untuk jangka panjang,” ujarnya.
Senada, Kepala Riset Koneksi Kapital Alfred Nainggolan menilai prospek Indeks Bisnis-27 tetap kinclong sampai akhir tahun ini, yang ditopang oleh sektor perbankan, telekomunikasi, dan konsumer yang memiliki porsi sebesar 74% dari indeks tersebut.
Alfred melanjutkan, pertumbuhan kinerja Indeks Bisnis-27 belum maksimal dibandingkan dengan sejumlah indeks lain karena tertahan oleh kinerja saham-saham di sektor peternakan yang tertekan sejak awal 2019.
“Sektor peternakan telah tertekan pada awal tahun ini karena turunnya harga ayam pedaging dan lemahnya pembelian konsumen,” paparnya.
DAPAT KEUNTUNGAN
Analis Binaartha Sekuritas M. Nafan Aji Gusta menambahkan, mayoritas saham di Indeks Bisnis-27 berpeluang mendapat keuntungan dari perhitungan kapitalisasi pasar menggunakan free float secara penuh pada Agustus mendatang.
Hal senada disampaikan Kepala Riset Samuel Sekuritas Indonesia Suria Dharma. Menurutnya, walaupun perhitungan Indeks Bisnis-27 tidak menggunakan free float, bobotnya tetap akan terpengaruh karena mayoritas sahamnya berada di Indeks LQ45.
“Saham yang diuntungkan dari adjustment free float yakni empat big banks,” katanya.
Selain itu, sejumlah saham lain yang akan mendapatkan keuntungan adalah PT Telekomunikasi Indonesia (Persero) Tbk., PT Astra International Tbk., PT Semen Indonesia (Persero) Tbk., PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk., PT United Tractors Tbk., dan PT Indofood Sukses Makmur Tbk.
Suria menjelaskan, di Indeks Bisnis-27, saham-saham perbankan, properti, dan konstruksi menarik untuk dikoleksi.
Saham-saham di sektor keuangan, lanjutnya, memiliki cash flow yang lebih baik dibandingkan dengan sektor lain. Sektor ini juga akan diuntungkan oleh penurunan biaya dana apabila Bank Indonesia menurunkan suku bunga acuan.
“Penurunan suku bunga acuan juga bakal menjadi sentimen positif bagi saham di sektor properti,” tuturnya.
Head of Research MNC Sekuritas Thendra Crisnanda mengatakan, selain perbankan dan properti, penurunan suku bunga acuan juga akan menguntungkan saham-saham di sektor otomotif, seperti Astra International yang merupakan penghuni Indeks Bisnis-27.