Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Malindo Feedmil (MAIN) Jajaki Pasar Myanmar

PT Malindo Feedmil Tbk. (MAIN) berencana memperkuat segmen olahan makanan dengan menambahkan varian produk baru sekaligus menjajaki pasar ekspor ke Myanmar.
Ilustrasi/Bisnis
Ilustrasi/Bisnis

Bisnis.com, JAKARTA - PT Malindo Feedmil Tbk. (MAIN) berencana memperkuat segmen olahan makanan dengan menambahkan varian produk baru sekaligus menjajaki pasar ekspor ke Myanmar.

Direktur Keuangan MAIN, Rudy Hartono mengatakan perusahaanya tengah mengkreasikan produk olahan baru di luar sosis dan nugget ayam. Rudy menyebut diversifikasi produk adalah salah satu upaya perseroan untuk mengejar target pendapatan.

MAIN, lanjutnya, menargetkan bisa tumbuh 15% dari segi penjualan dibandingkan dengan 2018. Sementara untuk laba dia belum bisa mengatakan sebab kondisi pasar unggas yang tengah tidak menentu dengan jatuhnya harga karkas ayam. Sebagai informasi, harga ayam hidup Juni ini jatuh ke level Rp8.000/kg.

“Sekarang kita akan kejar produk olahan karena bisa memberikan margin yang bagus. Rumah potong juga sedangn dibangun. Untuk produknya aka nada varian baru, kita lihat saja market yang bagus yang mana,” katanya pada Kamis (20/6/2019).

Di samping itu, Rudy mengatakan MAIN juga tengah menjajaki pasar ekspor dengan tujuan utama Myanmar. Adapun produk yang akan diekspor adalah makanan olahan atau ayam hidup dengan pola business to business.

MAIN menargetkan proyek tersebut bisa goal pada awal tahun depan. Akan tetapi, secara eksplisit Rudy menyebut itu hal yang sulit meski terus dijajaki.

Menurutnya, dari perusahaan unggas besar di Indonesia rata-rata kesulitan melakukan ekspor karena kalah kompetitif dengan negara lain seperti Brazil. Pasalnya biaya produksi di Indonesia jauh lebih besar yakni Rp19.000/kg.

“Dari segi sertifikasi kita secara nasional sudah bagus tapi dari segi harga sulit masuk. Tapi penjajakan akan terus kita lakukan karena itu bagus bagi kami dan pemerintah,” katanya.

Sementara itu, menilik dari laporan keuangan 2018 sektor makanan olahan hanya berkontribusi 3% atas pendapatan perusahaan. Adapun segmen penjualan pakan ternak dan day old chicken (DOC) masih menjadi motor utama dengan kontribusi 62% dan 20%.

Corporate Secretary MAIN, Andreas Hendjan menambahkan ada beberapa sentimen yang tengah diwaspadai oleh perseroan. Misalnya, tidak stabilnya nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing. Lalu, perlambatan ekonomi yang belum sepenuhnya pulih di hampir semua sektor.

Selain itu, juga faktor ketersediaan dan keterjangkauan bahan baku pakan sepanjang tahun yaitu jagung. Terakhir, stabilitas harga jual DOC dan ayam potong sepanjang tahun.

“Upaya yang kami lakukan adalah [berupaya] meluaskan pangsa pasar Perseroan. Meningkatkan efisiensi produksi dan melakukan penghematan di setiap lini produksi dan operasional. Lalu untuk mengantisipasi fluktuasi nilai tukar rupiah Perseroan akan melakukan hedging dan pengalihan pinjaman dari mata uang asing ke rupiah,” pungkasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Pandu Gumilar
Editor : Riendy Astria
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper