Bisnis.com, JAKARTA — Lembaga pemeringkat internasional, Moody’s Investors Service menurunkan outlook PT Agung Podomoro Land Tbk. (APLN) dari stabil menjadi negatif.
“Perubahan prospek peringkat menjadi negatif dari stabil mencerminkan credit metrics APLN yang berpotensi melemah dari ambang batas yang ditetapkan untuk rating B1, jika penjualan perusahaan tertunda pada tahun ini dan marketing sales gagal untuk pick-up pada paruh kedua tahun ini,” ungkap Jacintha Poh, Vice President and Senior Credit Officer Moody’s.
Dalam 5 bulan pertama 2019, Agung Podomoro meraih marketing sales sekitar Rp700 miliar yang setara dengan 22 persen dari target 2019 senilai Rp3,2 triliun. Penjualan pemasaran yang lemah disebabkan oleh sentimen pembeli yang buruk menjelang pemilihan presiden Indonesia.
Sementara itu, APLN juga berhasil melakukan penjualan Bali Sofitel dan mengakui laba bersih sebesar Rp366 miliar pada Maret 2019. Poh menambahkan, Agung Podomoro juga berencana untuk menjual properti investasi kedua di Jakarta pada semester II/2019 dan menggunakan sebagian dari hasil untuk mengurangi utang.
Jika penjualan properti investasi kedua tidak terjadi, maka metrik kredit APLN juga masih dapat pulih selama 12-18 bulan ke depan jika perusahaan mampu mencapai marketing sales sekitar Rp3 triliun pada 2019 dan 2020 dan penjualan lahan industri di Karawang bisa mencapai Rp2,5 triliun.
Selain itu, penegasan peringkat perusahaan Agung Podomoro pada B1 mencerminkan posisi pasar dan portofolio investasi perusahaan yang telah mapan dan memiliki pendapatan berulang yang sehat.
Untuk 12 bulan yang berakhir pada 31 Maret 2019, pendapatan berulang Agung Podomoro berkontribusi sebesar 35% dari total pendapatan, sekitar Rp1,6 triliun. Moody memperkirakan arus kas berulang APLN bakal sekitar 0,8x dari beban bunga.
Bila dalam 12-18 bulan ke depan, dengan asumsi bahwa penjualan yang kedua properti investasi tidak terjadi, Moody's mengharapkan APLN dapat menaikkan pendapatan berulang sekitar 10 persen, sebagian besar didorong oleh pembukaan dari mal ritel baru di Medan dan hotel di Bandung.
Perlu diketahui, pada Mei 2019, Agung Podomoro memperoleh fasilitas pinjaman berjangka baru untuk jatuh tempo obligasi.
Sementara itu, Moody’s dapat menurunkan peringkat jika metrik kredit Agung Podomoro dan likuiditas melemah, karena kegagalan untuk mencapai marketing sales setidaknya Rp3 triliun, penurunan bisnis properti yang menyebabkan pelemahan dalam operasi perusahaan.