Bisnis.com, JAKARTA – Pabrik-pabrik pengolah tepung di Asia diperkirakan terlambat mengantisipasi kenaikan harga gandum global yang mengalami reli dalam satu bulan terakhir.
Hal tersebut sangat kontras dengan produsen pakan peternak yang telah melakukan langkah antisipasi dengan memesan kargo jagung beberapa bulan sebelum harga gandum melonjak.
Harga acuan jagung berjangka di Chichago telah merangkak hampir seperlima pada Mei, karena hujan lebat dan banjir di seluruh Midwest AS sehingga berakibat petani menunda penanaman.
“Beberapa pabrik tepung tengah berusaha keras untuk mendapatkan pasokan sekarang [setelah sebelumnya menunda pembelian]. Reli harga telah membuat mereka lengah,” kata trader gandum yang menjual kargo di pasar Laut Hitam di Asia Tenggara seperti dikutip dari Reuters, Jumat (7/6/2019).
Sebagian besar importir gandum Asia, termasuk Indonesia, telah mengamankan pasokan hingga Juli. Namun, menurut tiga orang sumber yang dikutip Reuters, pembelian kargo untuk kedatangan Agustus belum mencapai 50% .
Padahal, kebutuhan gandum di Asia sangat besar karena sejauh ini Asia merupakan importir dan konsumen terbesar produk jagung dan gandum.
Gandum di pasar Laut Hitam dengan protein 11,5% saat ini dihargai US$225 per ton, termasuk biaya dan pengiriman (C&F), dibandingkan dengan penawaran yang dilakukan pada US$210 per ton sebelum reli pada Mei.
"Pembeli gandum melihat harga turun setidaknya US$5 hingga US$7 per ton dari US$210," kata seorang pedagang yang berbasis di Singapura.