Bisnis.com, JAKARTA – Bursa Eropa dan indeks futures Amerika Serikat (AS) melemah bersama bursa Asia pada perdagangan siang ini, Kamis (23/5/2019), di tengah eskalasi ketegangan perdagangan antara AS dan China.
Berdasarkan data Bloomberg, indeks Stoxx Europe 600 melemah 0,8 persen pada pukul 08.13 pagi waktu London (pukul 14.13 WIB).
Pada saat yang sama, indeks futures S&P 500 melemah 0,8 persen, indeks FTSE 100 Inggris turun 0,6 persen, dan indeks DAX Jerman melorot 1,1 persen. Adapun indeks MSCI Emerging Market melemah 1 persen dan indeks MSCI Asia Pacific turun 0,7 persen.
Dilansir Bloomberg, indeks futures S&P 500 menunjukkan penurunan yang besar pada pembukaan perdagangan di New York setelah China People's Daily mempublikasikan dua komentar yang mengkritik langkah AS untuk membatasi perusahaan-perusahaan China.
Sementara itu, indeks Stoxx Europe 600 terseret ke posisi lebih rendah oleh saham produsen-produsen mobil. Di Asia, sebagian besar bursa saham sahamnya memerah.
Indeks MSCI untuk kawasan Asia telah membukukan penurunan 6 persen sejak Presiden AS Donald Trump berjanji akan meningkatkan tarif terhadap impor China pada awal bulan ini.
Namun, pasar modal di India melawan tren penurunan hari ini dengan menguat setelah hasil pemilihan umum (pemilu) di Negeri Hindustan menunjukkan kemenangan Perdana Menteri Narendra Modi.
Di sisi lain, oblihasi tresuri AS mempertahankan kenaikannya sejak Rabu (22/5) setelah rilis risalah pertemuan kebijakan Federal Reserve pada 30 April-1 Mei menunjukkan kesepakatan para pembuat kebijakan untuk tidak terburu-buru soal perubahan suku bunga.
Meski demikian di Inggris, nilai tukar pound sterling memperpanjang pelemahannya di tengah tumbuhnya ketidakpastian soal Brexit dan tekanan terhadap Perdana Menteri Theresa May.
Pada umumnya, aset-aset berisiko tetap berada di bawah tekanan dan tidak mengalami permintaan ketika investor mencermati konfrontasi perdagangan yang berlarut-larut antara China dan AS.
Seorang pakar memperkirakan ketegangan dua ekonomi terbesar di dunia tersebut dapat berlangsung hingga 2035, sementara para ekonom juga berubah menjadi lebih pesimistis.
Goldman Sachs Group Inc. kini melihat peluang kebuntuan yang lebih tinggi antara kedua negara, sedangkan Nomura Holdings Inc. telah beralih pada proyeksi peningkatan tarif besar-besaran.
“Kami pikir tidak akan ada penyelesaian dalam semalam. Penyesuaian China sebagai kekuatan yang meningkat adalah sesuatu yang sudah lama dipikirkan orang-orang Amerika dan Barat,” ujar James Johnstone, co-head of emerging and frontier markets di RWC Partners LLC., seperti dikutip Bloomberg.