Bisnis.com, JAKARTA – Harga jagung global melesat pada perdagangan Senin (20/5/2019), melanjutkan penguatan pada pekan lalu. Hasil tersebut juga mengantarkan jagung melampaui level terkuat dalam 4 bulan terakhir.
Berdasarkan data Bloomberg, hingga pukul 15:06 WIB, harga jagung kontrak pengiriman Juli 2019 di Chicago Board of Trade (CBOT) menghijau 1,57% atau 6 poin ke level US$389,25 per gantang. Hasil itu melewati perolehan pada Februari tahun ini, sebesar US$386,75 per gantang.
Pada sesi pembukaan, harga jagung juga mengalami penguatan 0,72% atau 2 poin ke level US$386 per gantang.
Sementara, pada akhir pekan lalu, harga jagung ditutup menguat 1,12% atau 4,14 poin ke level US$383,14 per gantang. Sedangkan sejak awal tahun, harga jagung telah menguat 3,80%.
Mengutip Reuters, Senin (20/5/2019), menghijaunya harga komoditas biji-bijian ini karena perkiraan hujan lebat melanda Amerika Serikat yang merupakan negara produsen jagung terbesar di dunia. Hal tersebut memicu kekhawatiran pasar tentang memburuknya penundaan penanaman jagung di Negeri Paman Sam.
Jika cuaca berlangsung normal, seharusnya masa tanam jagung di AS dimulai pada April dan berlanjut hingga Juni. Sementara, masa panennya dimulai pada Oktober dan berakhir pada November.
Dilansir dari Bloomberg, Senin (20/5/2019), Brad Rippey, ahli meteorologi Departemen Pertanian AS (US Department of Agriculture/USDA) mengatakan, kondisi tersebut merupakan penundaan penanaman jagung paling lambat ketiga dalam 30 tahun terakhir, karena badai hujan yang menyebar melalui AS bagian tengah.
“Gangguan cuaca ini akan membuat rata-rata penanaman jagung tertinggal hingga akhir Mei mendatang.”
Persoalan ini pun telah meningkatkan prospek para petani akan menggeser beberapa area tanam jagung mereka menjadi kedelai.
Pekan lalu, Weather Group melaporkan, hujan selama 10 hari mendatang mengancam akan memperlambat penanam jagung lebih jauh. Dimulai dari Dakota menuju Illinois, daerah yang telah mengalami hujan deras musim semi ini.
Musim tanam yang tertunda di sebagian besar Amerika Utara mulai menyebabkan reaksi ekonomi di sepanjang rantai pasokan pertanian. Craig Gurner, pialang komoditas untuk Daniels Trading memperingatkan bahwa para petani menjadi lebih berhati-hati dalam berbelanja kebutuhan pertanian. Sebagian karena dampak cuaca pada penanaman.
“Kami bisa kehilangan sekitar 500 juta hingga 1 miliar gantang jagung karena masalah penanaman. Kami akan memasuki akhir pekan dan banyak yang bisa terjadi karena cuaca,” katanya.
Menambah ketidakpastian pasar biji-bijian adalah langkah AS dengan stok kedelai mereka yang besar. Terutama jika tumpukan itu tumbuh lebih besar tahun ini. Menurut seorang eksekutif puncak di kelompok industri Dewan Ekspor Kedelai AS (US Soybean Export Council/USSEC), AS kemungkinan akan kehilangan pangsa pasar ekspor kedelai mereka secara permanen di China, seiring semakin lama pembicaraan perdagangan AS dan China.