Bisnis.com, JAKARTA – Arab Saudi dan negara produsen lainnya yang tergabung dalam Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) mengisyaratkan keinginan mereka untuk menjaga pasokan minyak terbatas sepanjang sisa tahun ini.
Kendati demikian, masih belum jelas seberapa jauh pandangan yang dimiliki Rusia, mitra utama OPEC, terkait hal ini.
Meski sebagian besar negara, dalam pertemuan yang digelar pada Minggu (19/5), mendukung perpanjangan upaya pengurangan produksi hingga akhir tahun, Menteri Energi Rusia Alexander Novak justru berbicara tentang kemungkinan relaksasi pembatasan produksi serta ingin menunggu dan melihat perkembangan di bulan berikutnya.
“Kita harus tetap berada di jalur [pembatasan produksi] dan melakukan itu selama beberapa pekan dan bulan mendatang,” ungkap Menteri Energi Saudi Khalid Al-Falih kepada wartawan setelah pertemuan di Jeddah.
Pihak kerajaan, lanjut Al-Falih, tidak tertipu oleh harga minyak mentah global yang saat ini mencapai di atas level US$70 per barel di London dan meyakini bahwa pasar minyak masih rapuh.
Pesan yang kontras tersebut menggarisbawahi ketidakpastian di pasar global. Jika menteri-menteri negara koalisi OPEC (OPEC+) tidak menyetujui perpanjangan upaya pembatasan pada bulan depan, maka langkah pengurangan produksi akan berakhir.
Meski demikian, keputusan kartel minyak ini tidak serta merta mudah karena dibayangi oleh dampak sanksi Amerika Serikat (AS) terhadap Iran dan risiko permintaan akibat perang dagang Presiden AS Donald Trump dengan China.
Dengan kondisi pasar, dimana sebagian besar risiko berada di sisi pasokan, apa yang akan dilakukan Arab Saudi untuk kapasitas produksi cadangannya mungkin menjadi faktor penentu pasar dalam beberapa bulan mendatang.
Pihak kerajaan sejauh ini telah berupaya untuk menyeimbangkan antara kebutuhannya sendiri akan pendapatan yang lebih tinggi guna mendanai pengeluaran pemerintah dan mendengarkan keinginan Trump untuk mengisi kekosongan pasokan yang diakibatkan sanksi terhadap Iran.
Namun pada Minggu (19/5), Al-Falih memberikan indikasi kuat bahwa harga adalah prioritas dan dia tidak akan membuka keran produksi.
“Saya merekomendasikan rekan-rekan [negara OPEC] untuk mendorong inventaris turun secara perlahan dengan memperpanjang langkah pemangkasan saat ini hingga paruh kedua,” terang Al-Falih, seperti dikutip Bloomberg.
Al-Falih mengakui kekhawatiran konsumen tentang potensi gangguan pasokan dan berjanji untuk memastikan agar kebutuhan minyak mentah setiap pelanggan terpenuhi.
Di sisi lain, berlanjutnya kesepakatan OPEC+ untuk membatasi produksi hingga paruh kedua tidak akan mengesampingkan peningkatan produksi.
Arab Saudi telah memangkas produksinya dengan jumlah lebih besar dari yang disyaratkan dalam kesepakatan. Tapi Saudi juga dapat meningkatkan produksi sekitar 500.000 barel per hari, setara dengan hampir separuh ekspor Iran, tanpa melanggar batasnya.
“Produksi pada Mei dan Juni akan dipertahankan di level saat ini 9,8 juta barel per hari. Terlepas dari apa yang diputuskan OPEC+ bulan depan, produksi pada Juli tidak akan melebihi batas kerajaan dalam kesepakatan yakni 10,3 juta barel per hari,” jelasnya.