Bisnis.com, JAKARTA — Pengembang kawasan industri, PT Jababeka Tbk. (KIJA) membukukan total penjualan dan pendapatan konsolidasi senilai Rp584,8 miliar pada kuartal I/2019, meningkat 19% dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya.
Adapun, sumber pendapatan dari pilar bisnis land development & property menurun 18% menjadi Rp169,4 miliar pada kuartal I/2019 dari Rp207,7 miliar 2018, terutama karena tidak adanya penjualan properti dari Kendal dan Morotai selama kuartal I/2019. Sementara itu, pada tahun sebelumnya penjualan dari 2 lokasi tersebut menyumbang penjualan sebesar Rp48,9 miliar.
Pendapatan pilar infrastruktur meningkat 53% menjadi Rp395,1 miliar pada kuartal I/2019 dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp258,7 miliar. Hal ini terutama disebabkan oleh kenaikan pendapatan sebesar 80% yang berasal dari beroperasinya pembangkit listrik PT Bekasi Power selama 3 bulan, dibandingkan dengan dampak dari status Reserve Shutdown pembangkit listrik PT Bekasi Power (BP) selama hampir 3 bulan yang mengakibatkan penurunan penjualan energi listrik kepada PT PLN (Persero).
Di sisi lain, pendapatan berulang (recurring revenue) KIJA dari pilar Infrastruktur memberikan kontribusi 68% terhadap total pendapatan pada kuartal I/2019, dibandingkan dengan kuartal I/2018 sebesar 52%.
Untuk pilar leisure & hospitality membukukan penurunan pendapatan sebesar 25% menjadi Rp20,3 miliar pada kuartal I/2019. Penurunan ini terutama disebabkan oleh penurunan kontribusi pendapatan dari Tanjung Lesung yang mengalami penurunan jumlah kunjungan turis/wisatawan setelah bencana tsunami yang melanda pesisir barat Banten pada akhir 2018.
Sementara itu, laba kotor Jababeka menurun sebesar 23% menjadi Rp222 miliar pada kuartal I/2019 dibandingkan dengan kuartal I/2018 senilai Rp287 miliar. Seiring dengan itu, margin laba kotor konsolidasi KIJA pada kuartal I/2019 tercatat sebesar 38%, turun dibandingkan dengan kuartal I/2018 sebesar 58%. Penurunan margin laba kotor terutama disebabkan penurunan margin yang berasal dari pilar infrastruktur dan pilar leisure & hospitality.
Baca Juga
Margin laba kotor infrastruktur yang tinggi pada kuartal I/2018 secara khusus merupakan dampak dari status reserved shutdown pada saat itu, sedangkan margin laba kotor pilar leisure & hospitality yang rendah pada kuartal I/2019 dikarenakan dampak pascabencana tsunami. Sementara itu, margin laba kotor dari pilar land development & property meningkat karena hasil bauran produk yang terjual di kuartal I/2019. Namun, perbaikan ini belum dapat menutupi penurunan kedua pilar lainnya tersebut.
Laba bersih Jababeka pada kuartal I/2019 meningkat menjadi Rp74,3 miliar dibandingkan Rp15,8 miliar pada periode yang sama tahun sebelumnya. Alasan utama peningkatan ini adalah karena dampak pergerakan selisih kurs. Perolehan EBITDA kuartal I/2019 senilai Rp187,6 miliar, turun dibandingkan dengan Rp227,8 miliar seiring dengan menurunnya laba kotor secara absolut.
Saat ini, luas kota Jababeka adalah 5.600 hektare yang dihuni oleh lebih dari 1.650 perusahaan multinasional dari 30 negara dengan jumlah pekerja lebih dari 700.000 orang, yang dilengkapi dengan pusat pendidikan seperti President University, kawasan perumahan dan komersial, golf, medical city, botanical garden, dan fasilitas pendukung lainnya.