Bisnis.com, JAKARTA – Bursa saham global tergelincir pada perdagangan sore ini, Kamis (25/4/2019), di tengah kekhawatiran mengenai pertumbuhan ekonomi dunia.
Berdasarkan data Reuters, indeks Stoxx Europe 600 turun 0,3 persen pada awal perdagangan di London, dengan kekhawatiran seputar prospek untuk pertumbuhan global yang ditunjukkan oleh lesunya data ekonomi Korea Selatan.
Saham energi dan penurunan sebesar 10 persen pada produsen alat telekomunikasi asal Finlandia, Nokia, menyeret bursa Eropa turun.
Indeks world equity MSCI, yang melacak pergerakan saham di 47 negara, juga turun 0,3 persen. Pasar saham Asia telah terlebih dahulu turun, sebesar 0,5 persen, terbebani ekonomi Korsel yang secara tak terduga berkontraksi pada kuartal pertama.
Produk Domestik Bruto (PDB) Korsel mencatat penyusutan terbesar dalam satu dekade akibat terdampak menurunnya investasi dan ekspor negara berekonomi terbesar keempat di Asia tersebut.
Korea Selatan sangat terekspos terhadap perlambatan pertumbuhan global dan sektor teknologi. Gabungan dua hal ini telah menekan PDB Negeri Ginseng dalam beberapa kuartal terakhir. Hal ini sekaligus menggarisbawahi rentannya ekonomi dunia di luar Amerika Serikat.
Bursa saham Shanghai juga turun tajam sore ini, sebesar lebih dari 2 persen karena pasar lainnya di China melemah menyusul upaya bank sentral negara ini untuk meredam ekspektasi pelonggaran kebijakan moneter lebih lanjut.
Para pejabat pemerintah China juga memperingatkan tekanan yang berkepanjangan terhadap pertumbuhan ekonomi, sehingga membayangi harapan untuk pemulihan berkelanjutan di negara berekonomi terbesar kedua di dunia ini.
Kekhawatiran mengenai pertumbuhan juga menghantui investor Eropa, dengan kekhawatiran terhadap keadaan ekonomi Jerman pascarilis survei pada Rabu (24/4) yang menunjukkan penurunan antusiasme bisnis di Jerman.
Di tengah kelemahan itu, bank-bank sentral di seluruh dunia telah mempertahankan kebijakan moneter yang sangat longgar. Bank Sentral Jepang (Bank of Japan/BOJ) pada Kamis (25/4) berjanji untuk mempertahankan suku bunga yang sangat rendah setidaknya sampai awal 2020.
“Anda tentu memiliki respons yang sama (dengan bank sentral) terhadap perlambatan pertumbuhan global dalam hal kebijakan moneter,” ujar Peter Schaffrik, kepala strategi suku bunga Eropa di RBC Capital Markets.
“Secara umum kami belum melihat pengurangan (suku bunga) langsung, meskipun relatif melonggar terhadap apa yang sebelumnya dikomunikasikan pada atau pun tersirat dalam pasar,” tambah Schaffrik, seperti dikutip Reuters.