Bisnis.com, JAKARTA — PT Adhi Karya (Persero) Tbk. merealisasikan kontrak baru senilai Rp3 triliun per Maret 2019 atau 8,57% dari target kontrak baru Rp35 triliun tahun ini.
Ki Syahgolang Permata, Corporate Secretary Adhi Karya menuturkan bahwa sejumlah pekerjaan baru yang didapatkan perseroan yakni RDMP Office & Lab Pertamina Rp608,0 miliar, Gedung Apartemen di wilayah Cikunir Rp312,0 miliar, dan Pembangunan Sulfur Jetty & Pekerjaan Dredging TUKS Migas Rp227,2 miliar. Pada periode tersebut, kontribusi lini bisnis konstruksi dan energi mendominasi dengan 90,2% disusul properti 9,4%, dan sisanya lini bisnis lainnya.
“Hingga Maret 2019, Adhi Karya mencatat perolehan kontrak baru sebesar Rp3,0 triliun,” jelasnya, dalam keterbukaan informasi di laman Bursa Efek Indonesia, Senin (22/4/2019).
Dengan perolehan itu, emiten berkode saham ADHI tersebut telah merealisasikan 8,57% target kontrak baru 2019. Total nilai yang diincar yakni Rp35 triliun.
Berdasarkan tipe pekerjaan, perolehan kontrak baru terdiri atas proyek gedung sebesar 64,3%, jalan dan jembatan 1,8%, serta proyek infrastruktur lainnya 33,9%. Sementara itu, berdasarkan segmentasi sumber dana, realisasi kontrak baru 95,4% berasal dari Badan Usaha Milik Negara dan swasta atau lainnya 4,6%.
Di sisi lain, ADHI melaporkan progres pembangunan prasaran light rail transit (LRT) Jakarta, Bogor, Depok, Bekasi (Jabodebek) Tahap I telah mencapai 61,3% per 12 April 2019. Pekerjaan itu telah dimulai sejak September 2015 dengan nilai pekerjaan Rp22,8 triliun.
Sebelumnya, Direktur Keuangan Adhi Karya Entus Asnawi M. rencana pembayaran LRT Jabodebek Tahap I terdekat akan diterima pada April 2019. Perseroan telah mengajukan senilai Rp1,5 triliun untuk progres pekerjaan Juli 2018—September 2018.
Setelah itu, Entus menyebut ADHI akan mengajukan lagi pembayaran untuk progres Oktober 2018—Desember 2018 senilai Rp2 triliun. Pembayaran itu ditargetkan masuk pada Juli 2019. “Kira-kira semestinya kami bisa menerima sekitar Rp5 triliun hingga Rp6 triliun tahun ini [dari pembayaran LRT Jabodebek Tahap I],” ujarnya.
Dia mengatakan bahwa perseroan menerima total Rp6 triliun pembayaran pengerjaan LRT Jabodebek Tahap I pada 2018. Dana tersebut menjadi salah satu yang penopang arus kas perseroan pada tahun lalu.
Seperti diketahui, pembayaran pekerjaan LRT Jabodebek dilakukan oleh pemerintah melalui PT Kereta Api Indonesia (Persero) beradasarkan progres pekerjaan yang telah dievaluasi oleh Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP).
Direktur Keuangan Kereta Api Indonesia (KAI) Didiek Hartyanto mengatakan alokasi belanja modal perseroan sekitar Rp22 triliun pada 2019. Alokasi terbesar yakni untuk pengerjaan proyek LRT Jabodebek.