Bisnis.com, JAKARTA — Harga bijih besi kembali menguat pada perdagangan Senin (15/4/2019) seiring dengan rilis data yang menunjukkan penurunan terbesar terhadap stok cadangan bijih besi di pelabuhan China sejak 2015.
Berdasarkan data Bloomberg, pada perdagangan Senin (15/4/2019) pukul 13.08 WIB, harga bijih besi di bursa Dalian bergerak naik 0,77% menjadi 657 yuan per ton atau US$97,99 per ton. Harga bijih besi di bursa Singapura bergerak menguat 0,12% menjadi US$93,94 per ton.
Sementara itu, cadangan pasokan yang berada di pelabuhan China menurun 3,4% menjadi 143,9 juta ton hanya dalam sepekan hingga 12 April 2019. Hal tersebut menguatkan sinyal bahwa pasokan global semakin mengetat seiring dengan pengiriman dari produsen bijih besi terbesar di dunia, Vale telah menurun.
Analis Australia & New Zealand Bank Group Daniel Hynes mengatakan bahwa inventaris pasokan dari Vale dalam beberapa waktu ke depan akan habis, mengingat salah satu tambang terbesarnya di Brazil ditutup akibat jebolnya bendungan yang menewaskan sekitar 200 orang, sehingga produksi bijih besi pun tersendat.
"Inventaris Vale SA dengan sendirinya akan habis, akibat hal tersebut kemungkinan besar impor China untuk bijih besi akan sedikit melunak dalam beberapa bulan mendatang," ujar Daniel seperti dikutip dari Bloomberg, Senin (15/4/2019).
Analis Argonaut Securities Asia Helen Lau memperkirakan tren impor China pada April dapat jatuh hingga menyentuh level sekitar 80 juta ton.
Di lain sisi, menurut data kepabeanan China, impor bijih besi China telah naik 3,34 juta ton pada Maret 2019, lantaran sejumlah pabrik baja menambah persediaan sehubungan pembatasan produksi musim dingin mulai berakhir.
Jumlah impor bahan baku pembuatan besi tersebut tercatat mencapai 86,42 juta pada Maret. Jumlah tersebut naik 3,34 juta ton dari 83,08 juta ton impor pada Februari 2019.
Sementara itu, dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun lalu, impor bijih besi China naik 630.000 ton dari 85,79 juta ton. Adapun, sepanjang kuartal I/2019, China telah mendatangkan 261 juta ton bijih besi. Angka itu turun 3,5% dari 270,4 juta ton pada periode yang sama tahun lalu.
Selain itu, industri baja China dinilai tidak siap menghadapi kekurangan pasokan bijih besi dunia seiring dengan harga bijih besi telah naik ke level tertingginya dalam kurun waktu 5 tahun pada pekan lalu.
Penasihat Industri China sekaligus Pendiri dan Presiden Shanghai Steelhome Information Technology Wu Wenzhang mengatakan bahwa harga telah mutlak akan terus meningkat karena penutupan tambang di Brazil yang memacu defisit pasar pada paruh kedua tahun ini dan industri baja belum merasakan harus berhati-hati terhadap situasi tersebut.
"Mereka [industri baja China] tidak menyadari apa yang akan terjadi. Satu-satunya yang bisa kita lakukan adalah mencoba meyakinkan para pembuat baja untuk percaya dengan apa yang akan terjadi dengan pasokan bijih besi, dan mempersiapkan kekurangan yang akan datang," ujar Wu Wenzhang seperti dikutip dari Bloomberg, Senin (15/4/2019).
Dia memprediksi gangguan pasokan bijih besi akan mencapai 60 juta ton yang berasal dari jumlah pasokan yang hilang sepanjang tahun ini.