Bisnis.com, JAKARTA – Industri tembaga global diproyeksikan diguncang oleh lebih banyak gangguan tahun ini dibandingkan dengan tahun lalu, sehingga berkontribusi terhadap defisit pasokan karena permintaan untuk logam terus tumbuh.
Chief Executive Officer Antofagasta, perusahaan pertambangan, Chile Ivan Arriagada mengatakan hal tersebut kepada Reuters, dikutip Jumat (12/4/2019).
Arriagada mengamati, perselisihan tenaga kerja, cuaca ekstrem, dan penundaan proyek yang tak terduga akan menghantam sebanyak 1 juta ton dari total produksi tembaga global tahun ini, dibandingkan 600.000 ton pada tahun sebelumnya.
"Kami pikir tahun ini akan ada gangguan yang lebih besar daripada tahun lalu yang luar biasa tenang," kata Arriagada dalam sebuah wawancara di sela-sela Konferensi Tembaga Dunia CRU di Santiago, Chile.
Persoalan itu setidaknya terlihat dari hujan lebat di gurun Chie utara serta protes berkelanjutan oleh masyarakat adat di tambang Las Bambas MMG Ltd di Peru. Menurutnya gangguan itu sudah sangat membebani potensi pasokan dari Amerika Selatan.
Tak heran bila akhirnya hal itu juga memperkuat harga logam di tengah ketegangan perdagangan global yang berkelanjutan. "Kami akan mengalami defisit pasokan yang akan mulai menunjukkan diri dalam 24 bulan ke depan,” katanya.
Arriagada mengatakan, pihaknya berharap tiga negosiasi kontrak yang dijadwalkan perusahaannya tahun ini berjalan lancar.
Sementara itu, Antofagasta membantah laporan sebelumnya bahwa perusahaan sedang berbicara dengan penambang global BHP untuk memastikan pasokan air di tambang tembaga Zaldivar di gurun utara Chili.
Zaldivar, sebuah proyek bersama oleh Antofagasta dan Barrick, mengambil air segar dari akuifer di bawah dataran garam Atacama, rumah bagi produsen lithium SQM dan Albemarle. Pihak berwenang tahun lalu mengatakan, perusahaan-perusahaan tembaga dan lithium yang beroperasi di wilayah tersebut telah mengambil lebih banyak air.
Pada 2018, Zaldivar mengajukan izin lingkungan untuk memperpanjang operasinya dan pasokan air hingga 2031, dengan nilai investasi sekitar US$100 juta untuk mempertahankan kapasitas produksi tembaga saat ini.
"Harapan kami adalah bahwa regulator akan membuat keputusan berdasarkan ilmu pengetahuan dan data objektif kami. Kami pikir kami harus menerima izin dan hal itu [izin] akan berjalan baik bagi kami,” kata Arriagada.
Dia menambahkan, pihaknya mengharapkan pihak berwenang mencapai keputusan tentang izin utama dalam waktu 12 bulan.
Adapun harga tembaga kontrak Mei 2019 di Commodity Exchange (Comex) hingga pukul 14.05 WIB, menguat 0,76% atau 2,20 poin pada level US$290,90 per pon. Sementara itu, harga tembaga di London Metal Exchange ditutup melemah 0,87% atau 56,00 poin pada level US$6.408 per ton.