Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Strategi Investasi Asing: Pilihan Tenor Makin Beragam

Kepercayaan diri investor asing terhadap pasar surat utang negara terus meningkat sepanjang awal tahun ini dan tidak terpengaruh sentimen politik pemilu.

Bisnis.com, JAKARTA—Kepercayaan diri investor asing terhadap pasar surat utang negara terus meningkat sepanjang awal tahun ini dan tidak terpengaruh sentimen politik pemilu.

Hal itu terlihat dari masifnya pembelian asing serta pilihan instrumen pada tenor yang lebih variatif.

Sepanjang kuartal pertama 2019, total nilai beli bersih investor asing pada instrumen surat berharga negara (SBN) yang dapat diperdagangkan mencapai Rp73,87 triliun. Nilai ini sudah melampaui nilai pembelian 2018 yang sebesar Rp57,1 triliun.

Anup Kumar, Pengamat Pasar Fixed Income, mengatakan bahwa berdasarkan data sebaran instrumen yang diperolehnya dari DJPPR Kementerian Keuangan, aksi beli insvestor asing di awal tahun ini cukup unik.

Mayoritas pembelian investor masih ada pada tenor menengah, khususnya 0 - 5 tahun, sebesar Rp76,33 triliun, yang mana mayoritasnya pada tenor 5 tahun. Di posis kedua yakni tenor >10 – 15 tahun, senilai Rp33,01 triliun, dan selanjutnya tenor sangat panjang >20 tahun senilai Rp17 triliun.

Sementara itu, pada tenor >5 – 10 tahun justru terjadi pengurangan sebanyak Rp713 miliar, sedangkan pada tenor >15 – 20 tahun berkurang hingga Rp51,77 triliun.

“Sepanjang tahun ini, investor asing banyak masuk di tenor 5 tahun dan 15 tahun, tetapi yang 20 tahun justru beralih ke dua tenor ini. Saya sendiri tidak tahu alasan mereka apa, tetapi apapun itu, inflow yang besar di tenor 5 tahun dan 15 tahun ini masih menggembirakan,” katanya, Kamis (11/4/2019).

Putut Andanawarih, Direktur BNI Asset Management, mengatakan bahwa di awal tahun ini investor asing memang masih lebih banyak membeli instrumen SUN yang bertenor pendek, sebab risikonya lebih terukur dan volatilitasnya tidak setinggi tenor yang lebih panjang.

Namun, belakangan ini investor asing mulai cukup yakin untuk menambah kepemilikan pada tenor-tenor yang lebih panjang juga setelah pendirian kebijakan suku bunga The Fed mulai semakin jelas terlihat.

Di awal tahun ini, surat utang pemerintah Indonesia diserbu asing karena melihat tingkat inflasi Indonesia yang relatif rendah, sedangkan yield yang ditawarkan relatif masih tinggi karena tren suku bunga masih tinggi.

Di sisi lain, pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat melambat dan era pengetatan suku bunga tampaknya cepat atau lambat akan berakhir. Hal ini semakin memberi keyakinan bagi investor asing untuk meninggalkan pasar AS dan beralih ke negara berkembang.

“Kalau saya lihat, dari saat ini investor asing yang beli di kita kepercayaan dirinya meningkat, karena dia melihat peluang penurunan suku bunga Indonesia akan besar ke depannya. Negara yang yield obligasinya lebih tinggi dari kita hanya Brazil, sehingga kita sangat menarik,” katanya.

Putut mengatakan, sentimen pemilu tidak banyak pengaruhnya terhadap ekonomi dan pergerakan pasar surat utang. Lagi pula, siapapun pemimpin terpilih, ekonomi Indonesia akan tetap tumbuh, sebab sekitar 60% komponen penyumbang pertumbuhan berasal dari konsumsi masyarakat.

Menurutnya, investor cenderung memandang prospek Indonesia untuk jangka panjang, yang secara umum diyakini akan tetap positif.

Selain itu, kuartal I/2019, persepsi risiko investasi Indonesia pun sudah turun cukup dalam, tercermin dari angka credit default swap (CDS) 5 tahun yang sudah turun 33,22% ke level 91,77 poin.

Indonesia masih dinilai anomali, sebab kendati struktur ekonominya tidak banyak berbeda dibandingkan negara tetangganya, tetapi suku bunganya paling tinggi. Dengan proyeksi akan adanya tren penurunan suku bunga global, investor akan diuntungkan bila mengambil posisi sejak dini di pasar.

“Kalau kita tahu ke depan akan ada perbaikan kondisi pasar, tentu pilihan paling menarik adalah yang tenornya panjang. Inilah yang mulai dilihat asing. Ada confidence yang tinggi dan dia berpikir peluang menang paling besar ada di tenor jangka panjang,” katanya.

Anton Gunawan, Pengalamat Ekonomi, mengatakan bahwa pendirian The Fed yang berubah menjadi sangat dovish menjadi alasan investor asing mulai percaya diri masuk di tenor yang lebih panjang. Menurutnya, investor asing memang cenderung membutuhkan instrumen bertenor panjang, hanya saja mereka menunggu momentum yang tepat untuk masuk.

Anton mengatakan, rata-rata usia penduduk negara maju yang kian tua menyebabkan kebutuhan terhadap insturmen dana pensiun meningkat. Dana pensiun asing ini membutuhkan instrumen yang dapat menawarkan tingkat keuntungan tertinggi. Untuk alasan ini, mereka tidak dapat mengabaikan Indonesia.

“Dana pensiun ini pasti akan masuk dan mencari instrumen yang tenornya panjang dan yield-nya tinggi. Di samping ada potensi penurunan suku bunga, mereka melihat pengelolaan fiskal Indonesia juga masih cukup bagus, rating juga stabil, sehingga mereka percaya,” katanya.

Anton mengatakan, kendati The Fed dovish, tetapi probabilitas bagi turunnya Fed Fund Rate tahun ini masih kurang dari 50%. Bila The Fed benar-benar turunkan suku bunga, Bank Indonesia mau tidak mau akan mengikuti, sehingga berpeluang mendorong kenaikan harga SUN.

Anton memperkirakan, yield SUN 10 tahun Indonesia tahun ini masih bisa turun lagi, kendati kemungkinan agak sulit untuk lebih rendah dari 7%. Sat ini, levelnya masih di kisaran 7,5% - 7,6%. Level 7% akan semakin mungkin tercapai bila The Fed jadi menurunkan suku bunga.

Sementara itu, Putut memperkirakan yield SUN 10 tahun akan bergerak hingga ke level 7,25% - 7,5% di sisa tahun ini. Dengan asumsi konservatif, dirinya memperkirakan tingkat return pasar SUN tahun ini akan berkisar antara 8% - 10%.

 

 
pangan bg

Uji pemahamanmu mengenai aplikasi mobile banking

Apa yang menjadi pertimbangan utama Anda dalam memilih aplikasi mobile banking?

Seberapa sering Anda menggunakan aplikasi mobile banking?

Fitur apa yang paling sering Anda gunakan di aplikasi mobile banking?

Seberapa penting desain antarmuka yang sederhana bagi Anda?

Apa yang membuat Anda merasa nyaman menggunakan aplikasi mobile banking tertentu?

Apakah Anda mempertimbangkan reputasi bank sebelum mengunduh aplikasinya?

Bagaimana Anda menilai pentingnya fitur keamanan tambahan (seperti otentikasi biometrik)?

Fitur inovatif apa yang menurut Anda perlu ditambahkan ke aplikasi mobile banking?

Apakah Anda lebih suka aplikasi yang memiliki banyak fitur atau yang sederhana tetapi fokus pada fungsi utama?

Seberapa penting integrasi aplikasi mobile banking dengan aplikasi lain (misalnya e-wallet atau marketplace)?

Bagaimana cara Anda mengetahui fitur baru pada aplikasi mobile banking yang Anda gunakan?

Apa faktor terbesar yang membuat Anda berpindah ke aplikasi mobile banking lain?

Jika Anda menghadapi masalah teknis saat menggunakan aplikasi, apa yang biasanya Anda lakukan?

Seberapa puas Anda dengan performa aplikasi mobile banking yang saat ini Anda gunakan?

Aplikasi mobile banking apa yang saat ini Anda gunakan?

pangan bg

Terimakasih sudah berpartisipasi

Ajak orang terdekat Anda untuk berpartisipasi dalam kuisioner "Uji pemahamanmu mengenai aplikasi mobile banking"


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper