Bisnis.com, JAKARTA — PT Toba Bara Sejahtra Tbk. akan fokus menjalankan bisnis tambang pada 2019 dan mengejar target agar proyek kelistrikan perseroan dapat beroperasional secara komersil tepat waktu.
Elisabeth Novi S. Aruan, Corporate Secretary Toba Bara Sejahtra mengatakan perseroan masih fokus menjalankan bisnis pertambangan. Selain itu, pihaknya berupaya agar proyek ketenagalistrikan perseroan dapat beroperasi secara komersial atau commercial operation date (COD) secara tepat waktu. “[Target produksi batu bara] kurang lebih sama dengan tahun sebelumnya,” jelasnya kepada Bisnis.com, Selasa (9/4/2019).
Dia memproyeksikan penjualan batu bara perseroan cenderung stabil. Pasalnya, emiten berkode saham TOBA itu memiliki kontrak jangka panjang dengan pembeli.
Dalam paparannya, Manajemen TOBA menargetkan volume produksi dari bisnis pertambangan 4 juta ton hingga 5 juta ton pada 2019. Saat ini, tiga entitas yang menjalankan bisnis pertambangan batu bara yakni Adimitra Baratama Nusantara (ABN), PT Indomining (IM), PT Trisensa Mineral Utama (TMU).
Pada kuartal IV/2018, total volume produksi batu bara TOBA mencapai 1,31 juta ton. Jumlah itu berasal dari ABN 0,89 juta ton, IM 0,19 juta ton, dan TMU 0,23 juta ton.
Secara keseluruhan, total volume produksi batu bara yang dihasilkan perseroan sebanyak 5,35 juta ton pada 2018.
Di bisnis pembangkit listrik, PT Gorontalo Listrik Perdana (GLP) dibentuk pada 2016 untuk mengembangkan coal fired power plant project (CFPP) dengan kapasitas 2x50 megawatts (MW), Sulbagut-1. Perseroan mengempit kepemilikan 80% sementara Shanghai Electric Power Construction Co. Ltd sebesar 20%.
Selanjutnya, perseroan memiliki PT Toba Bara Energi untuk melakukan investasi di pembangkit listrik. Perseroan saat ini mengempit kepemilikan 90% di PT Minahasa Cahaya Lestari (MCL) dan PT Batu Hitam Perkasa (BHP).
MCL saat ini tengah mengembangkan 2x50 MW CFPP Sulut-3 di Provinsi Sulawesi Utara. Sementara itu, BHP memiliki kepemilikan 5% di PT Paiton Energy.
Pada 2019, TOBA menganggarkan belanja modal sekitar US$190 juta hingga US$200 juta. Mayoritas 90%—95% dialokasikan untuk PLTU Sulbagut-1 dan Sulut 3 dengan sisanya untuk pertambangan, akuisisi, dan infrastruktur atau alat berat.
Seperti diketahui, TOBA itu membukukan pendapatan US$438,44 juta pada akhir tahun lalu. Realisasi itu tumbuh 41,11% dari US$310,70 juta pada 2017. Dari situ, TOBA mengantongi laba bersih US$37,38 juta pada akhir 2018. Pencapaian itu tumbuh 76,29% dari US$21,43 juta pada 2017.