Bisnis.com, JAKARTA — PT Toba Bara Sejahtra Tbk. meracik aksi penggalangan dana melalui hak memesan efek terlebih dahulu atau rights issue untuk memperkuat struktur permodalan perseroan.
Emiten berkode saham TOBA itu berencana melakukan rights issue dengan jumlah sebanyak-banyaknya 470 juta lembar saham dengan nilai nominal Rp200. Aksi itu dilakukan sebelum pemecahan atas nilai nominal saham atau stock split atau sebanyak-banyak 1,88 miliar lembar dengan nilai Rp50.
Adapun, rapat umum pemegang saham luar biasar (RUPSLB) untuk memperoleh persetujuan atas pelaksanaan penawaran umum terbatas itu akan dilaksanakan pada 15 Mei 2019.
Saat dimintai konfirmasi Bisnis.com, Elisabeth Novi S. Aruan, Corporate Secretary Toba Bara Sejahtra mengungkapkan rencana penggunaan dana dari aksi koporasi tersebut yakni untuk memperkuat sistem permodalan usaha dan rencana investasi ke depan.
“Ya seperti diketahui, kami masih berupaya untuk mencari potensi akuisisi dan juga pengembangan dua proyek listrik,” ujarnya kepada Bisnis.com, Selasa (9/4/2019).
Dia menjelaskan bahwa progres Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Sulbagut 1 tahap konstruksinya sudah mencapai 40%. Sementara itu, PLTU Sulut-3 masih dalam tahap awal konstruksi.
“Masing-masing commercial operation date [COD] di kuartal II/2021 dan kuartal II/2022,” jelasnya.
Sebelumnya, Direktur Toba Bara Sjahtra Pandu Sjahrir mengungkapkan perseroan telah merampungkan akuisisi 100% saham PT Batu Hitam Perkasa (BHP) pada akhir 2018. BHP merupakan pemegang saham 5% PT Paiton Energy yang mengoperasikan tiga pembangkit listrik berkapasitas total 2.045 megawatt (MW) dengan teknologi supercritical boiler.
Dia mengatakan emiten berkode saham TOBA itu masih memiliki target akuisisi proyek kelistrikan pada 2019. Namun, pihaknya belum membeberkan berapa dana yang disiapkan perseroan untuk akuisisi tersebut.
“[Saat ini] Belum untuk akuisisi. Paling kalau ada [2019] ya satu saja,” ujarnya.
Berdasarkan pemberitaan Bisnis.com sebelumnya, TOBA mengharapkan kontribusi pendapatan dari pertambangan dan pembangkit listrik akan mencapai komposisi 50:50 pada 2021.