Bisnis.com, JAKARTA – Di tengah upaya pemangkasan produksi minyak oleh Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak Bumi (OPEC), salah satu sekutu kelompok tersebut, yaitu Rusia memberi sinyal untuk menaikkan produksi.
Salah satu pejabat kunci Rusia, Kirill Dmitriev mengisyaratkan bahwa pada Senin (8/4/2019) waktu setempat, negaranya ingin meningkatkan produksi minyak. Hal tersebut akan disampaikan dalam forum pertemuan dengan OPEC pada Juni mendatang.
Dilansir dari Reuters, Senin (8/4/2019), Dmitriev merupakan kepala investasi langsung negara Rusia. Dia adalah pejabat Rusia pertama yang memprediksi kesepakatan dengan OPEC pada 2016.
Sejak saat itu, dia menjadi pembela utama pakta tersebut, kendati ada tekanan dari perusahaan domestik untuk membatalkan perjanjian. “Sangat mungkin [pemangaksan produksi minyak tidak diperlukan] mengingat situasi pasar yang membaik dan jatuhnya persediaan minyak global, [OPEC dan sekutunya] dapat memutuskan pada Juni tahun ini untuk meninggalkan pengurangan pasokan dan selanjutnya meningkatkan produksi,” katanya.
Menurutnya, keputusan tersebut tidak berarti akhir dari kesepakatan, melainkan konfirmasi bahwa para peserta melanjutkan upaya koordinasi. “Hal itu penting [koordinasi] tidak hanya untuk memotong [produksi] tetapi juga meningkatkan produksi tergantung pada situasi pasar,” katanya.
Sementara itu, hingga pukul 17.30 WIB, harga minyak jenis West Texas Intermediate menguat 0,67% atau 0,42 pon pada level US$63,50 per barel, sedangkan harga minyak Brent memanas 0,68% atau 0,48 poin pada level US$70,82 per barel.
Harga minyak global menguat ke level tertinggi tinggi dalam 5 terakhir pada perdagangan Senin (8/4/2019). Hal tersebut didukung oleh pemangkasan produksi global, sanksi AS kepada Iran dan Venezuela, dan data data pekerja AS.
Bank AS J.P. Morgan dalam rilisnya dikutip dari Reuters, menyatakan, harga minyak Brent telah meningkat lebih dari 30% sejak awal tahun, disokong oleh pemangkasan produksi global OPEC untuk 4 bulan, dan proyeksi permintaan yang meningkat sejalan dengan optimisme perundingan dagang antara AS dan China.
Sejumlah trader mengatakan, data tenaga kerja AS yang kuat dari Jumat pekan lalu, juga ikut membantu penguatan pasar Asia pada Senin pagi.
Sementara itu, konsultan energi FGE menyatakan, pemangkasan produksi OPEC menunjukkan, kelebihan pasokan menghilang dan pasar menganggapnya sehat. “Pasar dalam kondisi siap untuk harga [brent] tumbuh pada kisaran US$75 per barel atau lebih tinggi,” katanya.