Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Ini Penyebab Harga Karet Terperangkap di Zona Merah

Harga karet alam terperangkap dalam zona merah pada perdagangan Senin (25/3/2019), dipicu oleh sejumlah sentimen negatif.

Bisnis.com, JAKARTA – Harga karet alam terperangkap dalam zona merah pada perdagangan Senin (25/3/2019), dipicu oleh sejumlah sentimen negatif.

Berdasarkan data Bloomberg, harga karet di Tokyo Commodity Exchange melemah 0,54% atau 1,00 poin menjadi 182,90 yen per kilogram, melanjutkan pelemahan 0,05% atau 0,10 poin di level 189,70 yen per kilogram pada sesi pembukaan.

Dilansir dari Bloomberg, harga karet berjangka di Tokyo dan Shanghai anjlok dalam 2 bulan terakhir pada hari ini karena aksi jual di pasar saham Asia dan pelemahan harga minyak. Kabar persediaan karet di Shanghai naik untuk 0,8% minggu lalu menjadi 443.798 ton, tertinggi sejak November 2015, juga turut andil dalam mengendurkan harga minyak.

Sejauh ini, pasar masih mengamati hasil pemilu di Thailand pascakudeta. Partai Palan Palang Pracharath party bersiap membawa junta militer kembali sebagai Prayuth Chan-Ocha perdana menteri. Hasilnya akan mendorong tinjauan eksposur ke aset Thailand mengingat, investor asing telah menarik lebih dari US$700 juta dari pasar saham dan obligasi tahun ini.

Akibat pemilu tersebut, Thailand juga menunda kesepakatan pemangkasan ekspor. Sebelumnya, Thailand, Indonesia, dan Malaysia, yang bersama-sama membentuk Tripartite Rubber Council (ITRC), awal bulan ini berkomitmen memotong ekspor karet dengan total 240.000 ton selama empat bulan dimulai dari April.

Para pejabat dari Indonesia dan Malaysia, Senin (25/3/2019) mengatakan, Thailand akan menunda pemangkasan itu sampai 20 Mei mendatang.Namun, mereka tidak merinci mengapa pemilihan itu menunda pemotongan, sementara Thailand belum secara resmi mengkonfirmasi langkah tersebut.

“Menurut kesepakatan pada pertemuan resmi senior, implementasi [pemangkasan ekspor] AETS [Agreed Export Tonnage Scheme]  akan dimulai pada 1 April, dan Thailand akan dimulai pada 20 Mei,” kata Kasan, kepala Badan Analisis dan Pengembangan Kebijakan Perdagangan seperti dikutip dari Reuters, Senin (25/3/2019).

Sebuah sumber di kementerian industri primer Malaysia mengkonfirmasi informasi dari Indonesia.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Dika Irawan
Editor : Riendy Astria
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper