Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

REKOMENDASI SAHAM : GIAA Siap Terbang ke Rp680

Emiten penerbangan pelat merah, PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk. mendapatkan beberapa sentimen positif pada tahun ini. Setelah melakukan kerja sama operasi dengan Sriwijaya Grup, perseroan tersiram sentimen positif melalui penyesuaian harga avtur oleh PT Pertamina (Persero).
Teknisi beraktivitas di dekat pesawat Boeing 737 Max 8 milik Garuda Indonesia, di Garuda Maintenance Facility AeroAsia, bandara Soekarno-Hatta, Tangerang, Banten, Rabu (13/3/2019)./Reuters-Willy Kurniawan
Teknisi beraktivitas di dekat pesawat Boeing 737 Max 8 milik Garuda Indonesia, di Garuda Maintenance Facility AeroAsia, bandara Soekarno-Hatta, Tangerang, Banten, Rabu (13/3/2019)./Reuters-Willy Kurniawan

Bisnis.com, JAKARTA — Emiten penerbangan pelat merah, PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk. mendapatkan beberapa sentimen positif pada tahun ini. Setelah melakukan kerja sama operasi dengan Sriwijaya Grup, perseroan tersiram sentimen positif melalui penyesuaian harga avtur oleh PT Pertamina (Persero).

Dengan sejumlah sentimen positif tersebut, mampukah saham emiten berkode GIAA tersebut terus menanjak?

Fahressi Fahalmesta, Analis Ciptadana Sekuritas Asia menyebutkan dalam risetnya bahwa Garuda Grup telah menerbangkan 2,67 juta penumpang pada Januari 2019. jumlah tersebut turun 11,78% dibandingkan dengan tahun sebelumnya.

Penurunan tersebut terbebani oleh penerbangan Full Service Carrier (FSC) domestik Garuda sebesar 24,74%. Sementara itu, penerbangan Citilink yang mencatat perlambatan pertumbuhan 2,7% dibandingkan dengan tahun sebelumnya.

Namun, jumlah penumpang penerbangan internasional Garuda FSC yang dibawa tumbuh 10,72% dibandingkan dengan tahun sebelumnya, total penumpang yang dilayani selama low season (Januari) masih tidak banyak. Namun demikian, di tengah perlambatan tersebut, GIAA berhasil mencatatkan seat load factor (SLF) yang lebih tinggi sebesar 1,19 pp menjadi 71,82%.

Catatan tersebut sebagian besar didorong oleh penurunan kapasitas produksi (ASK) yang lebih cepat yakni 4,15% dibandingkan dengan demand (RPK) yang menurun 2,54% dibandingkan tahun sebelumnya.

“Dengan demikian, ini bisa menjadi sinyal bahwa GIAA berupaya meningkatkan usahanya,” sebutnya dalam riset, Rabu (20/3/2019).

Untuk lebih mencerminkan kondisi GIAA saat ini, kata Fahressi, Ciptadana Sekuritas Asi meyakini akan ada keuntungan satu kali pada 2018, melalui kerja sama dalam menyediakan fasilitas hiburan di kabin pesawat bersama dengan Mahata Grup.

Hal tersebut dipercaya dapat menutup kerugian luar biasa dari perusahaan. Selain itu, ke depannya GIAA akan terus menerima pendapatan dari fasilitas melalui skema bagi hasil.

Selama periode tahun berjalan 2019, saham GIAA terapresiasi 94,63%. Faktor-faktor yang dapat menyebabkan kenaikan harga adalah kejutan tentang hasil tahunan 2018, dan harapan yang lebih baik pada sektor penerbangan Indonesia yang lebih sehat pascakerja sama operasi GIAA dengan Sriwijaya Air yang menyebabkan peningkatan pendapatan.

“Kami menaikkan target harga kami untuk GIAA menjadi Rp680, menawarkan potensi naik 20,4%. Saat ini perusahaan diperdagangkan di 6,9x EV/EBITDA dan 1,1x P/BV,” jelasnya.

Sementara itu, Lee Young Jun, Analis Mirae Asset Sekuritas melalui risetnya menjelaskan bahwa pada 6 Maret 2019, saham emiten berkode saham GIAA tersebut mencapai titik tertingginya sejak 7 Januari 2015.

Menurutnya saham GIAA melonjak oleh karena tarif tiket yang ditetapkan lebih tinggi, harga bahan bakar yang lebih rendah, dan pengaruh kerja sama operasi (KSO) dengan Sriwijaya Group, yang telah membuat kinerja operasi lebih positif.

“Kami yakin harga tiket tahun lalu yang naik akan positif untuk GIAA terhadap kinerja keseluruhan, meskipun berdampak kepada volume penumpangnya,” ujarnya

GIAA belum lama ini menerbitkan data operasional bulanan untuk Januari yang mencatatkan penurunan. Beberapa sentimen utamanya adalah tarif yang meningkat, meskipun pada Februari akan membaik karena dampak penurunan harga.

Selain itu, harga bahan bakar yang mengalami penurunan diprediksi akan memberikan dampak yang terbatas kepada perseroan.

“Kami menaikkan harga target kami pada GIAA ke Rp560 tetapi menurunkan rekomendasi kami ke Hold,” pungkasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Muhammad Ridwan
Editor : Riendy Astria
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper