Bisnis.com,JAKARTA — PT Timah Tbk. mengklaim kerja sama harga acuan dengan PT Pertamina (Persero) akan membuat biaya bahan bakar perseroan menjadi lebih efisien.
Direktur Keuangan Timah Emil Ermindra mengatakan anggota HIP mendapatkan kepastian pemenuhuan kebutuhan secara volume dan harga yang baik. Sebaliknya, Pertamina mendapatkan kepastian penjualan yang besar karena pertambangan umumnya menggunakan bahan bakar dalam volume besar.
Emil mengatakan Timah menerima keuntungan penurunan harga yang paling tinggi. Pasalnya, harga BBM biosolar turun dari rata-rata 2018 setara 145% MOPS menjadi 112,5% MOPS hingga 113,5% MOPS.
Dengan demikian, selisih harga sekitar Rp2.000 per liter dengan rata-rata pemakaian 4,3 juta liter per bulan. Hal ini akan sangat membantu dalam menekan harga pokok produksi dan biaya operasional kendaraan, kapal, dan pabrik yang digunakan dalam menambang.
“Kami akan lebih efisien senilai Rp8,6 miliar per bulannya,” jelasnya kepada Bisnis.com, akhir pekan lalu.
Selain harga acuan, Emil menjelaskan bahwa Pertamina juga memberikan layanan khusus dalam penyediaan BBM melalui vendor held stock serta franco. Tujuannya, untuk memberikan jaminan dan kemudahan operasi penggunaan BBM.
“Untuk ke depannya sinergi BUMN akan dilanjutkan dengan kerja sama jual beli untuk produk lainnya seperti pelumas, gas, avtur, dan petrokimia,” imbuhnya.
Berdasarkan laporan keuangan 2018, TINS mengeluarkan biaya bahan bakar Rp667,30 miliar. Jumlah itu naik 26,56% dari Rp527,24 miliar pada 2017.
Adapun, total beban pokok pendapatan perseroan senilai Rp9,37 triliun pada 2018. Nilai tersebut naik 21,85% dari Rp7,69 triliun pada 2017.