Bisnis.com, JAKARTA – Pound sterling tberhasil bergerak naik setelah proposal kesepakatan Brexit oleh Perdana Menteri Inggris Theresa May kembali ditolak oleh parlemen. Walaupun demikian, investor tengah bersiap untuk menghadapi volatilitas lebih lanjut menjelang porses Brexit tambahan.
Berdasarkan data Bloomberg, pada perdagangan Rabu (13/3/2019) pukul 12.42 WIB, pound sterling bergerak naik melawan dolar AS dengan menguat 0,138% menjadi US$1,3093 per pound sterling.
Parlemen Inggris pada Selasa (13/3/2019) kembali menolak kesepakatan yang diajukan oleh Theresa May untuk yang kedua kalinya terkait dengan kesepakatan keluarnya Inggiris dari Uni Eropa.
Hal tersebut menambah hari-hari krisis politik Negara Ratu Elizabeth tersebut menjelang tenggat waktu Brexit yang direncanakan pada 29 Maret mendatang. Anggota parlemen dijadwalkan untuk melakukan pengambilan suara lagi pada Rabu (13/3/2019) waktu Inggris untuk memilih apakah Inggris harus keluar dari blok perdagangan terbesar di dunia tanpa kesepakatan.
Adapun, jika rencana Brexit "tanpa kesepakatan" ditolak, pemungutan suara lainnya akan diadakan pada keesokan harinya, Kamis (14/3/2019) tentang apakah akan memperpanjang tenggat waktu 29 Maret tersebut.
Manajer Umum Gaitame.com Research Institute Takuya Kanda mengatakan bahwa kemungkinan besar parlemen akan menolak rencana no-deal Brexit dan melakukan perpanjangan tenggat waktu sehingga pound sterling dapat bergerak cukup stabil dengan ekspetasi pasar seperti itu.
“Mengingat betapa sensitifnya pound sterling terhadap berita utama, kita bisa melihat mata uang berputar lagi jika pintu dibuka untuk perpanjangan batas waktu keluar 29 Maret,” ujar Takuya seperti dikutip dari Reuters, Rabu (13/3/2019).
Ekonom Senior Sumitomo Mitsui Trust Ayako Sera mengatakan bahwa bahkan jika Inggris memutuskan untuk memperpanjang batas waktu Brexit, pasar akan fokus pada tujuan dan rencana Theresa May dalam periode perpanjangan tersebut.
“Tanpa rencana yang dapat diterima, Inggris mungkin memiliki waktu sedikti untuk meyakinkan para pemimpin Eropa di KTT Uni Eropa minggu depan, memaksa peserta pasar untuk menjauh dari pound sterling dan kembali mengekspos pound sterling pada penurunan secara tiba-tiba,” papar Ayako.
Sebagai informasi, sebanyak 28 pemimpin pemerintah Uni Eropa akan memutuskan apakah akan memperpanjang periode negosiasi di luar tenggat waktu saat yang telah direncanakan pada KTT yang diadakan pada 21-22 Maret mendatang.
Di sisi lain, indeks dolar AS yang mengukur kekuatan greenback di hadapan sejumlah mata uang mayor bergerak menguat tipis 0,07% seiring dengan data CPI AS melemah, berbeda daripada ekspetasi pasar.